Minggu, 06 September 2009

SYUBHAT DEMOKRASI – 3 (Demokrasi = Syura…???)


Oleh: Syaikh Abu Muhammad ‘Ashim Al Maqdisiy hafidzahullah
Orang-orang yang buta pandangannya dan para kelelawar malam telah mendalili paham mereka yang kafir lagi batil itu (paham demokrasi) dengan firman Allah subhaanahu wa ta’aala tentang kaum mukminin muwahhidiin:
وأمرهم شورى بينهم
Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka,”
(Asy Syuraa: 38)
Dan firman-Nya subhaanahu wa ta’aala kepada Nabi-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
وشاورهم في الأمر
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,” (Ali Imran: 159)
Mereka menamakan demokrasi yang busuk itu dengan syuraa (musyawarah) demi memberikan baju agama lagi syar’ii bagi paham kafir ini, dan kemudian setelah itu mereka melegalitas dan membolehkannya.
Maka kita katakan dengan taufiq Allah:
Pertama: Sesungguhnya perubahan nama itu tidak ada artinya selama isi dan hakikatnya adalah itu-itu juga. Sebagian jama’ah dakwah yang berjalan di atas paham kafir ini dan yang menjadikannya sebagai pegangan[1]mengatakan: (Kami memaksudkan dengan demokrasi itu saat kami menyerukannya, menuntut dengannya, menseponsorinya, dan berusaha untuk mencapai ke arahnya dan dengannya adalah kebebasan berkata dan dakwah),[2] dan kicauan-kicauan lainnya.
Maka kita katakan kepada mereka: Yang penting itu bukanlah yang kalian maksudkan, dan yang kalian klaim dan kalian duga, akan tetapi yang penting adalah apakah demokrasi yang diterapkan oleh thaghut itu, yang dia serukan kepada kalian untuk masuk ke dalamnya, pemilu-pemilupun dilangsungkan dalam rangka itu, serta tasyrii’ dan hukum yang kalian akan ikut serta di dalamnya sesuai dengan cara demokrasi? Bila kalian menertawakan manusia dan menipu mereka, maka kalian tidak akan mampu melakukannya terhadap Allah:
إن المنافقين يخادعون الله وهو خادعهم
Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka,”

(An Nisaa: 142)
يخادعون الله والذين آمنوا وما يخدعون إلا أنفسهم وما يشعرون
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar,”Al Baqarah:9.
Jadi merubah nama sesuatu itu tidak merubah hukum-hukumnya, tidak menghalalkan yang haram dan tidak bisa mengharamkan yang halal…Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Akan ada sekelompok dari umatku yang menghalalkan khamr dengan cara nama yang mereka berikan kepadanya,”[3]
Begitulah para ulama telah mengkafirkan orang yang mencela tauhid, atau memeranginya sedang yang mencela dan memeranginya itu menamakan tauhid itu sebagai paham Khawarij atau Takfiiriy…para ulama juga mengkafirkan orang yang memperindah syirik dan membolehkannya, atau melakukannya sambil menamakannya dengan selain namanya.[4] Sebagaimana yang dilakukan mereka itu, mereka menamakan paham kafir dan syirik (demokrasi) dengan nama syuraa dengan tujuan melegalkannya, memperbolehkannya, serta mengajak manusia untuk masuk ke dalamnya….sungguh binasalah mereka itu.[5]
Kedua:Sesungguhnya pengkiasan demokrasi kaum musyrikin terhadap syuraa kaum muwahhidin, menyamakan (tasybiih) majlis syuraa dengan majlis kekafiran, kefasikan, dan maksiat adalah penyamaan yang gugur dan kias yang batil lagi luluh lantak rukun-rukunnya, karena engkau telah mengetahui bahwa majlis rakyat, atau dewan perwakilan rakyat, atau parlemen adalah sarang dari sekian sarang paganisme dan bangunan dari bangunan-bangunan syirik, yang di dalamnya dipasang tuhan-tuhan para demokrat, arbaab mereka yang beraneka ragam, serta sekutu-sekutu mereka yang membuatkan bagi mereka undang-undang dari ajaran yang tidak diizinkan Allah subhaanahu wa ta’aala sesuai dan selaras dengan undang-undang dasar dan falsafah yang digali dari bumi.[6]Allah berfirman:
أأرباب متفرقون خير أم الله الواحد القهار ما تعبدون من دونه إلا أسماء سميتموها أنتم وآباؤكم ما أنزل الله بها من سلطان إن الحكم إلا لله أمر ألا تعبدوا إلا إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan (hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. (Yusuf: 39-40).
Dan firman-Nya subhaanahu wa ta’aala:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? ” (Qs: Asy-Syuura: 21)
Kias ini tak ubahnya bagaikan mengkiaskan syirik terhadap tauhid, kekafiran terhadap keimanan, dan ini tergolong berbicara atas nama Allah tanpa dasar ilmu, mengada-ada atas agama ini, berdusta atas nama Allah, ngawur dan ilhaad dalam ayat-ayat Allah subhaanahu wa ta’aala, serta bentuk pengkaburan yang hak dengan yang batil terhadap manusia, dan cahaya dengan kegelapan.
Bila ini telah jelas, maka orang muslim hendaklah mengetahui bahwa perbedaan yang jelas antara syuraa yang telah syari’atkan Allah bagi hamba-hamba-Nya dengan demokrasi yang busuk adalah seperti perbedaan antara langit dengan bumi, bahkan perbedaan itu dalam statusnya adalah layaknya perbedaan antara Al Khaliq dengan makhluk.
· Syuraa adalah aturan dan manhaj rabbaniy, sedangkan demokrasi adalah hasil karya manusia yang serba kekurangan yang selalu diombang-ambing oleh hawa nafsu dan emosional.
· Syuraa adalah bagian dari syari’at Allah subhaanahu wa ta’aala, dien-Nya dan hukum-Nya, sedangkan demokrasi adalah kekafiran terhadap syari’at Allah, dan dien-Nya, serta penentangan akan hukum-Nya.
· Syuraa adalah dilakukan dalam masalah yang tidak ada nash di dalamnya, adapun dalam masalah yang sudah ada nashnya maka tidak ada syuraa di sini, Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Qs: Al-Ahzab: 36).
Adapun demokrasi maka itu adalah peremehan dan permainan dalam setiap masalah, di dalam demokrasi ini nash-nash syari’at dan hukum-hukum Allah tidak dianggap, akan tetapi yang dianggap dan dijadikan acuan satu-satunya di dalam demokrasi ini adalah hukum rakyat dan kedaulatannya dalam setiap permasalahan.[7]Oleh sebab itu mereka mendefinisikan demokrasi itu dalam undang-undang mereka dengan ungkapan: rakyat adalah sumber segala kedaulatan.”
· Demokrasi menganggap bahwa rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi di sini, sehingga demokrasi adalah hukum mayoritas rakyat, tasyrii’ suara terbanyak, dan paham/agama suara mayoritas. Mayoritas adalah yang membolehkan dan mayoritas pula yang mengharamkan. Mayoritas adalah tuhan dan sembahan dalam ajaran demokrasi. Adapun dalam syuraa, maka keberadaan rakyat atau mayoritas mereka itulah yang diharuskan dan diperintahkan untuk selalu taat kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kemudian kepada pemimpin kaum muslimin. Pemimpin tidak bisa memaksakan suara dan hukum terbanyak, bahkan justeru mayoritas itulah yang diperintahkan untuk selalu mendengar dan taat kepada para pemimpin (kaum muslimin) meskipun mereka dzalim selama tidak memerintahkan kepada maksiat.[8][9]
· Aturan main dalam demokrasi, dan tuhannya adalah suara mayoritas, dan mayoritas inilah sumber segala kedaulatan. Adapun syuraa maka mayoritas itu tidak ada pengaruhnya sedikitpun dan bukanlah sebagai tolak ukur, dan justeru Allah telah memvonis mayoritas dengan vonis yang jelas dalam Kitab-Nya:
و إن تطع أكثر من في الأرض يضلوك عن سبيل الله إن يتبعون إلا الظن وإن هم إلا يخرصون
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah),” (Al An’am: 116)
وما أكثر الناس ولو حرصت بمؤمنين
Dan sebahagian manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat menginginkannya-,” (Yusuf: 103)
وإن كثيرا من الناس بلقاء ربهم لكافرون
Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhan-nya,” (Ar Ruum: )
وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون
Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan yang lain),”Yusuf: 106.
ولكن أكثر الناس لا يشكرون
Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak bersyukur,” (Al Baqarah: 243).
ولكن أكثر الناس لا يؤمنون
Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak beriman,” (Al Mu’min: 59)
ولكن أكثر الناس لا يعلمون
Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahuinya,” (Yusuf: 21)
فأبى أكثر الناس إلا كفورا
Tetapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari(nya),” (Al Israa: 89)
Ini dari firman-firman Allah subhaanahu wa ta’aala, adapun dari sanda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,”Hanyasannya manusia pilihan itu adalah bagaikan unta yang berjumlah seratus, hampir kamu tidak mendapatkan di dalamnya unta yang layak pakai untuk tunggangan,” diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah Ibni Umar radliyallahu ‘anhuma. Dan di dalam hadits Al Bukhari juga dari Abu Sa’id Al Khudriy dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:” Hai Adam…keluarkan utusan neraka! Maka dia berkata: Apa utusan neraka itu? Dia berfirman: “Dari setiap seribu ada sembilan ratus sembilan puluh sembilan,” maka saat itulah anak kecil beruban, setiap wanita hamil melahirkan anaknya, engkau melihat orang-orang bagaikan yang mabuk, padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah lah yang sangat dasyat.”
Ini syari’at Allah dan hukum-Nya menjelaskan kesesatan mayoritas dan penyimpangan mereka, oleh sebab itu Allah subhaanahu wa ta’aala menetapkan hukum-Nya, Dia berfirman:
إن الحكم إلا لله
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah,” (Yusuf: 40)
Akan tetapi demokrasi menolak ini, dan para penyerunya-pun menolak tunduk kepada hukum Allah, dan syari’at-Nya, mereka terus ngotot, serta mengatakan: Keputusan itu tidak lain adalah bagi mayoritas.” Maka binasalah dan enyahlah orang yang mengikuti mereka, berjalan di atas rel mereka, dan membisikan kedemokratan mereka meskipun jenggot dia itu panjang, atau kainnya tidak isbal (celananya setengah betis), siapa saja orangnya….kami katakan ini kepada mereka di dunia mudah-mudahan mereka itu mau kembali dan sadar. Ini lebih baik bagi mereka daripada mereka nanti mendengarnya di tempat yang sangat agung saat manusia berdiri menghadap Allah Rabbul ‘aaalamiin, di mana mereka menuju telaga Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi mereka dihalangi oleh para Malaikat, dan dikatakan kepada mereka: Sesungguhnya mereka telah mengganti dan merubah,”maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata: Enyahlah, enyahlah bagi orang yang merubah setelahku,”[10]
Demikianlah demokrasi itu secara asal-usul dan secara makna lahir di lahan kekafiran dan ilhaad, dan tumbuh berkembang di ladang-ladang kemusyrikan dan kerusakan di Eropa di mana mereka memisahkan agama dari kehidupan, sehingga tumbuhlah lafadz itu dalam suasana-suasana yang membawa setiap racunnya, dan kerusakannya yang akar-akarnya itu tidak ada hubungan sama sekali dengan lahan keimanan atau siraman aqidah dan ihsan. Paham ini tidak bisa menampakkan eksistansinya di dunia barat kecuali setelah berhasil memisahkan agama dari Negara di sana, paham ini memperbolehkan bagi mereka liwath, zina, khamr, percampuran keturunan dan perbuatan-perbuatan keji lainnya baik yang nampak atau terselubung….oleh sebab itu tidak ada orang yang membela demokrasi, atau memujinya, dan menyamakannya dengan syuraa, kecuali dua macam orang yang tidak ada ketiganya, bisa jadi dia itu orang demokrat kafir, atau orang dungu lagi jahil akan makna dan isi dari demokrasi itu.
Demi Allah kamu bukan yang ketiga dari dua orang
Ya, kamu bisa jadi keledai (yang dungu) atau kamu bagian dari bantengnya.
Sekarang adalah zaman di mana istilah-istilah telah bercampur aduk, hal-hal yang kontradiksi telah berkumpul. Dan tidak aneh kalau paham-paham kafir ini didengung-dengungkan oleh banyak wali-wali setan, akan tetapi yang paling aneh adalah bila yang mendengungkannya, membolehkannya, dan memberikan baju syar’iinya adalah banyak orang-orang yang mengaku Islam. Dahulu saat orang-orang terpukau dengan paham sosialis muncullah sebagian orang dengan membawa istilah baru sosialis Islam, dan sebelumnya ada istilah nasionalisme, ‘uruubah (arabisme) dan mereka menggandengnya dengan nama Islam.[11]pada masa sekarang banyak orang mendengungkan undang-undang buatan manusia dan mereka tidak malu-malunya menamakan para hamba-hamba undang-undang (para pakar hukum dan perundang-undangannya) dengan nama fuqahaa al qaanuun bentuk penyerupaan dengan fuqahaa syari’ah, serta mereka pula menggunakan nama-nama syar’ii yang sama, seperti musyarri’, syari’ah, halal, haram, , jaaiz, mubaah, mahdhur, terus setelah itu mereka mengira bahwa mereka itu masih berada dalam agama Islam, bahkan mengira bahwa mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, fa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzim. Ini terjadi demi Allah tidak lain karena hilangnya ilmu dan ulama, serta penyandaran urusan bukan kepada ahlinya, juga leluasanya suasana dan zaman bagi orang-orang hina untuk berbuat sesuka hati mereka.
Suasana telah lenggang bagimu
Silahkan bertelurlah dan berbuat sesuka hatimu
Sungguh sangat disayangkan ilmu dan ulama, kasihan sekali agama dan para du’aatnya yang tulus lagi setia. Demi Allah ini adalah keterasingan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, saya tidak mengatakan (keterasingan itu) di tengah-tengah orang-orang awam, bahkan justeru di antara banyak orang-orang yang mengaku Islam dari kalangan yang tidak memahami makna Laa ilaaha Illallaah, mereka tidak memahami lawaazim, konsekuensi, dan syarat-syaratnya, bahkan mayoritas mereka merobeknya siang dan malam, mereka mengotori diri mereka dengan syirik modern dan jalan-jalan penghubungnya kemudian setelah itu mereka mengira bahwa dirinya itu adalah muwahhiduun bahkan mengira bahwa mereka itu adalah bagian dari para du’aat tauhid. Hendaklah mereka menilai dirinya sendiri, dan duduklah di halaqah-halaqah ilmu untuk belajar hakikat Laa ilaaha Illallaah, karena sesungguhnya Laa ilaaha Illallaah adalah kewajiban pertama yang Allah fardlukan atas anak Adam untuk mempelajarinya, hendaklah mereka mempelajari syarat-syarat dan pembatal-pembatalnya sebelum mereka mempelajari pembatal-pembatal wudlu dan shalat, sebab wudlu dan shalat itu tidak sah bagi orang yang melakukan pembatal Laa ilaaha Illallaah. Dan bila mereka ternyata malah berpaling dan merasa bangga diri, maka merekalah sendiri yang akan menanggung kerugiannya.
Saya akhiri ucapan saya ini dengan ungkapan yang sangat berharga yang muncul dari Al ‘Allamah Ahmad Syakir rahimahullah saat membantah orang-orang yang melontarkan syubhat yang memalingkan firman Allah dan berbicara dusta atas Nama Allah subhaanahu wa ta’aala dengan cara menjadikan firman-Nya:“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka,”Asy Syuraa:38. sebagai dalil untuk membela dan menerapkan demokrasi yang kafir itu, beliau berkata dalam catatan kaki ‘Umdatuttafsiir 3/64-65 saat menjelaskan firman-Nya subhaanahu wa ta’aala
وشاورهم في الأمر
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,” (Ali Imran: 159),
dan firman-Nya:
وأمرهم شورى بينهم
Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka,”
(Asy Syuraa :38)
Beliau berkata: Orang-orang yang mempermainkan agama pada masa sekarang – dari kalangan ulama dan yang lainnya – telah menjadikan dua ayat ini sebagai senjata mereka dalam penyesatan dengan cara menta’wil untuk menyetujui perbuatan barat dalam aturan undang-undang mereka, yang mereka namakan aturan demokrasi dalam rangka menipu manusia, kemudian mereka orang-orang yang mempermainkan agama itu menjadikan syi’ar dari dua ayat ini dalam rangka menipu masyarakan Islam atau masyarakat yang mengaku Islam. Mereka mengungkapkan ucapan haq yang mereka maksudkan kebatilan dengannya, di mana mereka mengatakan: Islam itu memerintahkan syuraa” dan kata-kata seperti itu.
Ya, benar sesungguhnya Islam itu memerintahkan syuraa, akan tetapi syuraa macam apa yang diperintahkan Islam itu? Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman kepada Rasul-Nya:
وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan bila kamu sudah ber’azam maka bertawakkal-lah kepada Allah” (Ali Imran: 159)
Makna ayat ini sangat jelas lagi terang, tidak membutuhkan tafsiran dan tidak mengandung kemungkinan ta’wil. Itu adalah perintah kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kemudian kepada pemimpin sesudahnya: Untuk meminta pendapat-pendapat para sahabatnya yang beliau anggap layak diambil pendapatnya, yang di mana mereka itu adalah orang yang matang pengetahuan dan pemikirannya, dalam masalah-masalah yang masih menerima pendapat-pendapat dan ijtihad dalam penerapannya, kemudian dia memilih dari pendapat-pendapat itu pendapat yang dianggapnya sebagai kebenaran atau maslahat, terus ber’azam untuk merealisasikannya tanpa terikat dengan pendapat kelompok tertentu, jumlah tertentu, pendapat mayoritas, atau pendapat minoritas. Bila telah ber’azam maka tawakkallah kepada Allah, dan laksanakan ‘azam itu sesuai dengan yang telah dipilih benar.
Termasuk hal yang sudah dipahami secara naluri yang tidak membutuhkan dalil: Adalah sesungguhnya orang-orang yang di mana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk bermusyawarah dengan mereka – dan orang sesudah beliau mencontohnya – adalah laki-laki yang shalih yang berpegang di atas batasan-batasan Allah yang bertaqwa kepada Allah yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, berjihad di jalan Allah yang disabdakan oleh beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Hendaklah mengiringi saya di antara kalian orang-orang yang matang pemikirannya lagi berpengetahuan ,” bukan orang-orang mulhiduun, bukan orang-orang yang memerangi agama Allah, bukan orang-orang ahli maksiat yang tidak malu melakukan yang mungkar, bukan orang-orang yang mengklaim bahwa mereka memiliki wewenang membuat hukum-hukum dan perundang-undangan yang bertentangan dengan agama Allah dan menghancurkan syari’at Islam. Mereka dan orang-orang itu – yaitu orang kafir dan orang fasiq – tempat layak bagi mereka yang benar adalah di bawah tebasan pedang dan cemeti, bukan tempat menyandarkan pandangan dan pendapat.
Dan ayat lain -ayat dalam surat Asysyuraa- adalah seperti ayat ini jelas, terang lagi tegas:
والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصلاة وأمرهم شورى بينهم ومما رزقناهم ينفقون
Dan orang-orang yang memenuhi panggilan Tuhan mereka, mereka mendirikan shalat sedang urusan mereka (diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka, dan mereka menginfakkan dari apa yang telah dikaruniakan kepada mereka,” (Asy Syuraa: 38)
[1] Seperti jama’ah-jama’ah yang membentuk partai yang katanya partai Islam demi masuk ke dalam parlemen dan majlis yang syirik, dan ini alangkah banyaknya, dan jama’ah-jama’ah yang seperti itu sudah tidak menjadi musuh Amerika dan sekutunya lagi dan tidak menjadi musuh bagi thaghut-thaghut di negaranya, karena sudah larut dalam sistim thaghut yang diinginkan oleh para thaghut dan Hubal masa sekarang (Amerika). Pent.
[2] Dan meskipun kebebasan berkata atau dakwah sebagaimana yang diinginkan oleh demokrasi, maka itu adalah kebebasan yang batil lagi kafir, karena para penghusung paham demokrasi saat mereka menyerukan kebebasan berkata dalam paham mereka ini, mereka tidak memaksudkan kebebasan mendakwahkan agama Allah saja…akan tetapi juga kebebasan para thaghut, orang-orang kafir, orang-orang mulhid, dan orang-orang musyrik untuk menampakkan kekafiran dan kerusakannya, juga kebebasan keyakinan, kebebasan murtad, dan kebebasan mencela segala hal yang disucikan. Dan kekafiram macam ini bisa jadi diterapkan di demokrasi barat. Adapun demokrasi arab (dan Negara-negara berkembang lainnya yang berpenduduk mayoritas muslim, pent) maka di dalamnya adalah kebebasan segala kekufuran, ilhaad, zandaqah, adapun Islam maka di Negara-negara itu adalah dirantai, dipenjara, dan terusir.
Para penyeru (du’aat) itu harapan mereka tertinggi adalah merealisasikan dan menyampaikan manusia kepada demokrasi barat yang kafir, sedangkan kekafiran adalah satu agama, dan ini bertingkat-tingkat ke bawah. Perhatikanlah.
[3] HR Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Ubadah Ibnu Ash Shaamit radliyallahu ‘anhu, hadits nomor: 22704.
[4] Rujuklah Adurar Assaniyyah fil Ajwibah Annajdiyyah 1/145.
[5] Inilah yang dilakukan oleh ulama kaum musyrikin yang banyak di antara mereka itu bergelar Doktor atau Syaikh, atau Ustadz, atau mereka itu dosen di Universitas-Universitas Islam. Pent.
[6] Dalam undang-undang dasar Yordania pasal ke 25: Kekuasaan legislatif dipegang oleh raja dan majlis rakyat,”dan saudaranya dalam UUD Kuwait no: 51: Kekuasaan legislatif dipegang oleh emir dan majlis umat sesuai dengan undang-undang,”

[7] Ini dalam demokrasi barat yang kafir adapun dalam demokrasi arab yang kafir (dan Negara-negara yang berpenduduk muslim, pent) maka yang dijadikan acuan paling pertama dan paling akhir adalah raja, emir, atau presiden, karena tanpa pengesahannya maka peraturan rakyat atau para wakilnya dan majles perwakilan itu adalah tidak ada nilainya. Semua itu ada di tangan penguasa tertinggi itu, dia berhak membubarkan, mengesahkan, dan mempermainkannya sesuka hatinya.
[8] Ingatlah….Ini bagi para pemimpin muslim yang menetapkan hukum dengan syari’at Allah yang memusuhi musuh-musuh Allah, bukan bagi makhluk-makhluk terhina dari kalangan penguasa-penguasa yang kafir lagi murtad sahabat karib dan teman yahudi dan nasrani…
[9] Adapun penguasa yang meninggalkan syari’at Allah dan justeru menjadikan undang-undang buatan manusia sebagai acuan dan landasan, maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtaddan mereka kecuali bagi orang-orang yang bashirahnya sudah tertutup yang tidak bisa melihat kecuali di tengah gelapnya syubuhat layaknya kelelawar yang hanya bisa melihat di malam hari dan tidak bisa melihat di siang bolong, mereka itulah para pengikut syubhat irjaa’. Syaikh Muhammad Al Amin Asysyinqithiy rahimahullah berkata:
أَنَّ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الْقَوَانِيْنَ الْوَضْعِيَّةَ الَّتِيْ شَرَعَهَا الشَّيْطَانُ عَلَى أَلْسِنَةِ أَوْلِيَائِهِ مُخَالِفَةً لِمَا شَرَعَهَا اللهُ جَلَّ وَعَلاَ عَلَى أَلْسِنَةِ رُسُلِهِ – صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ – أَنَّهُ لاَ يَشُكُّ فِيْ كُفْرِهِمْ وَشِرْكِهِمْ إِلاَّ مَنْ طَمَسَ اللهُ بَصِيْرَتَهُ وَ أَعْمَاهُ عَنْ نُوْرِ الْوَحْيِ مِثْلَهُمْ
“”Sesungguhnya orang-orang yang mengikuti qawaaniin wadl’iyyah (undang-undang buatan) yang disyari’atkan oleh syaitan lewat lisan-lisan wali-walinya yang bertentangan dengan apa yang telah disyari’atkan Allah Y lewat lisan-lisan para Rasul-Nya – semoga shalawat dan salam tercurah kepada mereka – , sesungguhnya tidak ada yang meragukan akan kekafiran dan kemusyrikan mereka kecuali orang yang bashirahnya telah dihapus oleh Allah dan dia itu dibutakan dari cahaya wahyu-Nya seperti mereka.””
Dan beliau mengatakan juga: Bahwa setiap orang yang mengikuti peraturan, hukum, atau undang-undang yang bertentangan dengan apa yang disyariatkan Allah atas lisan Rasul-Nya maka ia musyrik (menyekutukan) Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai tuhan,”
Pent.
[10] Enyahlah diulang dua kali untuk menguatkan, ini diriwayatkan oleh Muslim 2291, dan Al Bukhari dengan lafal yang hampir sama nomor 6212.
[11] Ini artinya Islam syirik, dia muslim demokrat, muslim sosialis, muslim nasionalis yang semuanya berarti muslim musyrik, akan tetapi ini tidak ada, yang ada adalah musyrik, karena tauhid dan syirik tidak bisa bersatu pada diri seseorang pada satu waktu, sehingga bila Islam disertai syirik akbar maka yang muncul adalah musyrik, Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad berkata dalam syarah Ashli dienil Islam: Sesungguhnya orang yang melakukan syirik, maka berarti dia telah meninggalkan tauhid, karena keduanya adalah dua hal yang kontradiksi yang tidak bisa bersatu,” Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Ad Durar Assaniyyah 1/113: Bila amalan kamu semuanya karena Allah maka kamu adalah muwahhid, dan bila ada salah satunya dipalingkan kepada makhluk maka kamu adalah musyrik,”. Pent.
Read More..

Mengenang The Magnificent 19 “The True Story of 9/11”

Portland Airport, Selasa, 9/11/01, 5.45.am. Dua orang laki-laki muda nampak santai memasuki bandara. Keduanya sebagaimana orang yang hendak berpergian, melewati keamanan bandara untuk memastikan mereka tidak ketinggalan penerbangan paling pagi. Pria yang satu memakai kemeja kuning dengan celana panjang coklat terang dan satunya lagi dengan kemeja berwarna biru dipadu celana panjang hitam. Tidak seorang pun menyangka, 3 jam berikutnya, tepat pukul 8.45 am, Muhammad Atta dan Abdul Aziz Al Umary, kedua pemuda yang terekam kamera keamanan di bandara ME, Portland tersebut meluluhlantahkan gedung kembar WTC di New York, Manhattan, Amerika. Subhanallah!

Muhammad Atta, dan Abdul Aziz Al-Umari adalah dua orang dari 19 pejuang revolusioner abad ini, dimana mereka berhasil menyerang Amerika di pusat bisnis mereka, WTC, dan pusat militer mereka, Pentagon, 11 September 2001. Menurut keterangan pihak berwenang Amerika, mereka berdua, Muhammad Atta dan Abdul Aziz Al-Umari, bermaksud melakukan perjalanan dengan pesawat udara Amerika dari Boston menuju Los Angeles, dimana mereka dan tiga orang lainnya kemudian berhasil menguasai Pesawat Amerika American Airlines dengan nomor penerbangan 11 dan kemudian menabrakkannya ke Menara Utara WTC di New York, jantung kota Amerika. Allahu Akbar.
Siapakah Mereka ?
Mereka adalah 19 orang pemuda, datang dari tempat berbeda, satu visi satu misi, membuktikan kepada dunia bahwa umat ini masih ada. Ke 19 pemuda pemberani tersebut melakukan sebuah tindakan yang tidak pernah dibayangkan siapa pun sebelumnya, untuk akhirnya tidak pernah terlupakan sepanjang sejarah umat manusia. Di jantung kota Amerika, Gedung WTC di New York dan di jantung pertahanan militer Amerika, Pentagon di Washington, dengan menggunakan pesawat-pesawat kebanggan mereka, teknologi mereka, ke 19 pemuda yang lebih mencintai akhirat ini, melakukan aksi isytisyhadah, menjemput kematian, menggapai kemuliaan. Benar perkataan seorang sahabat, ‘Sepanjang aku mati sebagai seorang muslim aku tidak khawatir seperti apa aku akan terbunuh’. Inilah mereka.
1. Muhammad Atta, asal Kanaan, Mesir. Menghancurkan Menara Pertama, Dia seorang yang bersungguh-sungguh, tekun, dan amanah. Dia sangat perhatian terhadap nasib ummat. Semoga Allah SWT menerima syahid beliau, Insya Allah.
2. Marwan Shihi, asal Emirat, menghancurkan Menara Kedua. Dunia menggoda beliau namun beliau menolaknya, dan lebih memilih balasan dari Allah SWT.
3. Ziyyad Al Jarrah, asal Libanon, tanah Syam, tanah yang sama dengan Abu Ubaidah Al Jarrah. Beliau begitu lembut dan ikhlas. Semoga Allah ridho kepada beliau.
4. Haniy Hanjoor, berasal dari Taa’if. Beliau yang menghancurkan Pentagon lambang kesombongan Amerika. Sebagai seseorang yang berasal dari suku Aseer, beliau mewarisi keberanian singa-singa kabilah semacam Ghamid, Zahraan, dan Banu Shihr. Beliau adalah bukti sebuah keikhlasan dan pengorbanan yang spektakuler.
5. dan 6. Waail dan Waleed al-Siqilli al-Shihri : dua orang laki-laki bersaudara ini sangat taat, gemar tahajud, santun, sederhana, dan berpengaruh. Ayah mereka adalah seorang bisnisman dan termasuk kepala suku. Dunia sangat menginginkan mereka, akan tetapi mereka malah meninggalkannya dan memilih pegunungan Afghanistan, memenuhi panggilan Allah SWT.
7. Ahmad Al Haznawi Al Ghamidi : Tidak kenal rasa takut dan tidak segan mengerjakan perkerjaan yang berat, selalu mengambil keputusan dengan berhati-hati, juga seorang imam, da’i, dan semangat dalam berperang.
8. Hamza Al Ghamidi. Kecintaannya kepada jihad telah merasuk ke hatinya. Seorang yang taat dalam beribadah, selalu mengingat Allah, membaca Al-Qur’an. Dia memilih kata-kata sebagaimana dia memilih buah-buahan yang manis.
9. Ahmad Al Ghamidi, dikenal juga dengan nama Syekh Abu Abbas, atau Abdul Aziz Al Umari Al Zahraani. Beliau adalah contoh seorang ulama masa kini dan seorang pengikut salafus sholeh. Beliau adalah ulama yang aktif. Beliau melindungi ilmu dengan menolak bekerja pada tiran dan lebih memilih penjara sebagai balasannya.
10. Mahnad Ash Shihri, beliau dikenal juga dengan nama Umar, Muhannad Al Shihri, seorang yang gentle, sabar, dia melakukan aksi istisyhadah dengan penuh keikhlasan, kami mengharap demikian, Allah SWT yang menentukan.
11. Ahmad Al-Ghamidi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ikrimah, seorang yang mampu memecahkan pelbagai masalah,sabar dan seorang mativator.
12. Sa’eed Al Ghamidi. Beliau dikenal juga dengan sebutan Mu’taz, seorang pria ahli ibadah dan begitu menikmati aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Badannya di bumi tetapi hatinya berada di jantung burung-burung hijau di surga. Kami berharap demikian, namun Allah SWT yang menentukan.
13. Sataam Asqaami, yakni Sataam al Suqaami, berasal dari Nejd, Tanah dimana berada dua tempat suci. Kuat tekadnya, teguh hati dalam kebenaran, dan pemberani. Ketika Anda melihatnya Anda akan teringat hadits Rasulullah SAW. : “Yang terhebat dari ummatku dalam melawan kemusyrikan adalan Bani Tamim.”
14. Faaiz Al Qaadi. Beliau adalah Fayaz Al Qaadi bani Hamaad, lebih dikenal sebagai Ahmad ; Senang berkorban, pemberi, rendah hati, dan sederhana.
15. Maajid Mawqad. Lengkapnya Maajid Muqad Al Harbi, berasal dari Madinah. Beliau sangat agamis, sederhana dan selalu menghormati orang lain. Sangat santun dan sangat tawadhu.
16. Khalid Al Mahdaar, atau Khalid Al Mihdaar, berasal dari Mekkah, dari suku Quraisy, ahlul Bait, Anak keturunan Rasulullah SAW. Seorang pria yang selalu merasa terpanggil untuk isytisyhadah, kami mengiranya begitu dan Allah yang menentukan.
17. Nawaaf Al Hazimi, beliau berasal dari Mekkah, seorang yang selalu dipenuhi rencana, tekad yang kuat dan mantap, tabah dan sederhana, penunggang kuda yang handal dan selalu mencari syahid di mana pun berada.
18. Saalim Al Haazimi, dikenal juga dengan julukan Bilal, berasal dari Mekkah. Allah SWT meletakkan keimanan yang kuat di hatinya, itu menjadikannya meninggalkan semua yang ada di dunia dengan slogan, “Surga berada di bawah kilatan pedang.”
19. Ahmad Al Na’mi. Pejuang terakhir kita adalah Ahmad ibn Abdullah al-Na’ami. Beliau berasal dari Abhaa, dari Quraisy, ahlul bait, keturunan Rasulullah SAW. Beliau seseorang yang tekun dalam mengerjakan seluruh ibadah, dia mencintai sholat tahajjud. Seorang pemberani, beliau pernah bermimpi ketika itu beliau berkuda bersama Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW. memerintahkan beliau untuk turun dari kuda untuk memerangi musuh dan membebaskan negerinya. Subhanallah.

Ketika melakukan aksinya, The Magnificent 19 atau 19 Pejuang Pemberani ini membagi diri menjadi empat kelompok. Kelompok pertama dikomandani Mohammad Atta, Abdul Aziz Al Umary, Wail Al Shehry, Walid Al Shehry, dan Satam Al Suqami yang menguasai American Airlines dengan nomer penerbangan 11, bertolak dari Boston menuju Los Angeles, dan kemudian ditabrakkan ke Menara Utara WTC di New York, jantung kota Amerika.
Kelompok kedua dokomandani oleh Marwan Al Shehhi, Fayez Ahmed, Ahmed Al Ghamdi, Hamza Al Ghamdi, dan Mohald Al Shehri yang menguasai United Airlines dengan nomer penerbangan 175, bertolak dari Boston menuju Los Angeles, dan ditabrakkan ke Menara Selatan WTC.
Kelompok Ketiga dipimpin oleh Khalid Al Midhar, Nawaf Al Hazmi, Hani Hanjour, Salem Al Hamzi, dan Majed Moqed yang menguasai American Airlines dengan nomer penerbangan 77, bertolak dari Virginia menuju Los Angeles, dan pesawat ini kemudian dihantamkan ke simbol militer Amerika, Pentagon.
Kelompok yang terakhir dari aksi mulia ini diketuai olah Ziad Jarrah, Ahmed Al Haznawi, Saaed Al Gahmdi, dan Ahmed Al Na’mi yang mengambil alih United Airlines dengan nomer penerbangan 93, bertolak dari Newark menuju San Fransisco, dan sedianya akan ditabrakkan ke gedung putih, namun qadarallah meledak di Pennsylvania.
WTC 11 September 2001 dan Teori Konspirasi
Betulkan WTC diledakkan oleh kaum muslimin ? Menyikapi peristiwa peledakan WTC 11 September 2001 kaum muslimin tidak satu pandangan. Sebagian besar menolak dan tidak percaya bahwa peristiwa mulia tersebut dilakukan oleh pahlawan-pahlawan muslim pemberani, The 19 Magnificent. Mereka menganggap kejadian tersebut adalah rekayasa dan konspirasi musuh Islam yakni Israel dan juga Amerika sendiri untuk menstigma buruk Islam dan kaum muslimin dan untuk memberikan justifikasi penyerangan mereka ke dunia Islam. Selintas sepertinya alasan ini cukup masuk akal.
Sebagian lainnya, dan ini juga tidak sedikit justru bingung dan sampai saat ini (6 tahun setelah kejadian yang dikenal dengan sebutan 9-11 tersebut) tidak mengetahui siapa sebenarnya pelaku kejadian yang menggegerkan seluruh dunia tersebut. Mereka terombang-ambing antara mempercayai satu berita ke dan menolak berita lainnya yang memang penuh dengan rekayasa. Akhirnya mereka frustasi dan menganggap sepi permasalahan penting tersebut.
Hanya sedikit kaum muslimin, terutama mereka yang memiliki keyakinan kuat akan adanya pertolongan Allah SWT dalam setiap hal dan menginginkan Islam mendominasi dunia, merasa yakin bahwa peristiwa 11 September yang mubarok tersebut adalah jihad terbesar abad ini yang dilakukan oleh 19 pemuda pilihan umat. Itulah sikap yang masih sesuai fitrahnya lalu Allah SWT memberikan kemudahan untuk bisa membedakan antara yang haq dan yang batil dan dimudahkan untuk mengikutinya minimal menyetujuinya dan mendoakannya.
Berbeda dengan orang-orang yang fitrah dan fikirannya telah teracuni dengan racun bid’ah dan kesesatan teori konspirasi. Seorang penggembala kerbau yang tidak berpengetahuan dan tidak pernah sekolah sama sekali, dia hanya hafal beberapa bacaan dalam shalat itupun tidak genap sebab kecerdasannya rendah sekali, tetapi begitu dia mendengar negara gembong kafir Amerika terkena serangan, pentagon markas tentara syaitan porak poranda dan gedung maskas ekonomi riba dunia WTC luluh lantak, langsung dia jingkrak-jingkrak sambil membunyikan pecutnya sebagai tanda rasa syukur kepada Allah SWT, sebab dia memang belum sempat belajar tata cara bersyukur sesuai dengan syari’at. Si penggembala kerbau yang buta huruf itu disamping bersyukur kepada Allah dia tidak lupa juga senantiasa berdoa untuk para mujahidin dengan bahasanya sendiri, “Ya, Allah. Tolonglah para mujahidin. Allahu Akbar!
Menyerang adalah Cara Bertahan Terbaik
Mengapa meledakkan WTC ? Dalam video 19 Martyrs, Syekh Mujahid Usamah bin Ladin berkomentar :
“Ketika kita berbicara tentang serangan ke New York dan Washington, kita berbicara tentang para lelaki yang mengubah perjalanan sejarah dan membersihkan ummat dari kekotoran pengkhianatan para penguasa dan pengikutnya, tanpa menyebut-nyebut nama dan jabatan mereka. Kami berbicara tentang para lelaki yang tidak hanya meluluhlantahkan Menara Kembar dan Pentagon, tetapi mereka menghancurkan berhala abad ini beserta nilai-nilainya. Mereka menghancurkan Fir’aun abad ini yang hadir dalam tampilan terburuknya, dan tidak ada perbedaan antara dia dan Fir’aun Mesir kecuali kelebihan kekafiran dan kesalahannya. Fir’aun abad modern itu membunuhi anak-anak kita di Palestina, Afghanistan, Iraq, Libanon, Khasmir, dan negeri kaum Muslimin lainnya. Mereka, para pejuang Islam tersebut telah berjuang dari hati orang-orang beriman, menitik beratkan syahadat untuk kaum muslimin, terutama masalah al wala wal bara’ dan memburu rencana-rencana pasukan Salib dan penguasa-penguasa boneka di wilayah mereka. Peristiwa ini tidak hanya harus kita kenang, bahkan pena tidak akan mampu untuk merinci satu persatu kebaikan dan kualitas mereka, atau danpak-dampak penyerangan mulia mereka.”
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan wartawan Al Jazeera, Tayseer Allouni, 21 Oktober 2001, Syekh Usamah bin Ladin ditanya apakah terlibat dalam peristiwa New York dan Washington ? Beliau lalu menjawab, Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Semoga kedamaian dan rahmat-Nya tertuju pada Muhammad, keluarganya dan sahabat-sahabatnya. Jika dikatakan aksi-aksi tersebut sebagai aksi teroris maka penggambaran itu adalah sebuah kesalahan.
Pemuda-pemuda tersebut telah jelas berjuang di jalan Allah, mereka menggeser perang menuju jantung kota AS dan mereka menghancurkan bangunan yang terkenal yang melambangkan kekuatan militer dan dan perekonomian AS, itulah kehendak Allah. Dari apa yang kita pahami bahwa mereka melakukan aksi ini supaya kita terdorong untuk bangkit dari tidur yang panjang sebelumnya, dan bisa mempertahankan diri sendiri, mempertahankan saudara-saudara kita, anak-anak yang di Palestina dan untuk membebaskan tempat suci kita. Dan jika dorongan untuk melakukan aksi ini adalah terorisme dan jika membunuh orang yang telah membunuh anak-anak kita adalah teroris, maka biarlah sejarah menyaksikan bahwa kita adalah teroris. Kami telah mendorong untuk melakukan aksi ini selama bertahun-tahun. Kami melakukan apa yang telah diperbolehkan dalam syari’ah dan banyak dokumen-dokumen mengenai persoalan ini dan seruan dari yang lain untuk mendorong aksi inipun bahkan telah dipublikasikan dan disiarkan keberbagai media. Lalu jika mereka mengartikannya demikian atau jika andapun juga memaknai bahwa ada hubungannya maka itu adalah benar. Kamilah yang mendorongnya dan dorongan inilah yang dibutuhkan saat ini, Allah telah memerintahkan akan hal ini kepada manusia terbaik yaitu Nabi SAW.
Jadi, serangan mubarok 11 September itu tidak terjadi begitu saja ? Mengutip Syekh Abu Hafsh Al Misri, tokoh Al Qaida kedua yang dicari setelah Syekh Usamah bin Ladin, Amerika sebenarnya telah menyiapkan strategi serangan militer untuk diarahkan kepada mujahidin di Aghanistan. Serangan ini dilakukan setelah terjadi peristiwa peledakan kapal Destoyer USS Cole di teluk Adn. Syaikh Abu Hafsh punya peran besar dalam aksi serangan ini, beliau turut merencanakan dan mengatur jalannya operasi. Begitu mendengar serangan ini berhasil, diceritakan bahwa Syaikh Usamah langsung mengacungkan senapan AK 47 nya ke langit dan menembakkan beberapa rentetan peluru, sembari berteriak bahagia,“Ini adalah pembalasan untuk darahmu, wahai Mihdhar…” Mihdhar adalah Syaikh Abul Hasan Al-Mihdar, yang dibunuh oleh fihak Amerika melalui tangan bonekanya di penguasa Yaman, Presiden Ali Abdulloh Sholeh.
Hanya saja, persiapan serangan Amerika ini tidak diekspos kepada dunia. Tetapi, Alhamdulillah, gerakan-gerakan ini tercium oleh mujahidin, sehingga mereka harus mendahului menyerang -sebab cara bertahan terbaik adalah menyerang-. Akhirnya, mujahidin berhasil mengukir sejarah yang sungguh teramat sulit dilupakan oleh Amerika, dan mengangkat kepala seluruh kaum muslimin. Yaitu, aksi istisyhadiyah yang merontokkan pusat perekonomian dan pertahanan mereka. Mujahidin berhasil menyerang Amerika terlebih dahulu pada 11 September 2001, dengan menabrakkan pesawat ke menara kembar WTC dan gedung Pentagon.
Dalam operasi kali inipun, Syaikh Abu Hafsh-lah yang menjadi penanggung jawab langsung. Beliau memilih beberapa orang pemuda, mentraining mereka, dan mengingatkan mereka agar selalu bersandar kepada Alloh Ta’ala. Maka para pemuda itupun berangkat ke negara kafir itu, bukan untuk bermaksiat sebagaimana dilakukan kebanyakan pemuda hari ini. Mereka datang untuk membinasakan Amerika, mereka hanya bertawakkal kepada Allah dan kemudian menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh dengan sedemikian detail, serta kapan operasi akan dilaksanakan.
Sementara itu, di bumi ribath, Afghanistan, para mujahidin tak henti-hentinya berdoa kepada Allah agar menolong ikhwan-ikhwan mereka dan memberikan kemenangan melalui tangan mereka. Doa mereka dikabulkan oleh Allah. Terjadilah ledakan besar seperti telah direncanakan, bahkan ternyata lebih dahsyat. Gema takbir terus bergema di bumi Afghanistan, mengiringi kemenangan bersejarah ini. Kaum muslimin di berbagai penjuru dunia, terutama Palestina, sampai ada yang menangis
Karena ternyata Allah masih menyiapkan orang-orang yang membela dan membalaskan sakit hati mereka karena terus ditindas. Mereka adalah orang-orang yang tidak menonjol kepribadiannya tapi tinggi ketakwaannya, yang bekerja di balik tabir semua orang, dan di antaranya adalah syaikh kita, Abu Hafsh Al-Mishri.
Jadi, jika Syekh Usamah bin Ladin sendiri telah mengklarifikasi tindakannya menyerang WTC dalam banyak video dan audio, dan semua itu diakui oleh Syekh Usamah dengan alasan-alasan dan dalil syai’i yang mendukung tindakan istisyhadiyyah barokah tersebut. Selain itu, sebagian besar dari mereka, The Magnificent 19 telah membuat surat wasiat, surat terakhir mereka sebelum melakukan aksi isytisyhadah tersebut. Seperti wasiat Abu Abbas Az Zahroni Rohimahullah, yang satu pesawat dengan Komandan Muhammat Hattan, meledakkan WTC Menara Utara, begini kutipan isi suratnya : “Jika setiap surat itu mengandung makna, maka sesungguhnya inti suratku ini adalah menerangkan tentang perbuatan yang aku lakukan – Peledakan Mubarok 11 September-. Maka aku katakan : “ Sesungguhnya ketika aku melakukan pekerjaan ini maka aku meyakini bahwa ini adalah jalan yang aku tapaki dan sangat baik kesudahannya. Sesungguhnya apa yang aku lakukan ini sebagai pembebasan diri dari tugas – yang deberikan Allah - dan untuk menghidupkan faridhoh jihad di tengah-tengah ummat ini dan dalam rangka menunaikan kewajiban yang dibebankan kepadaku pada jalan ini. Karena telah diterangkan di dalam kitab Allah tentang kewajiban jihad fi sabilillah yang tujuannya adalah menyelamatkan kaum muslimin dari kehinaan dan membebaskan bumi kaum muslimin yang dirampas – oleh orang kafir - dan untuk menjawab seruan Allah dalam firman-Nya.”
Dalam wasiatnya, Ahmad al Haznawi, salah satu pelaku peladakan mubarok yang berasal dari bumi para mujahidin dan syuhada’ daerah Ghomid. Berikut sedikit kutipan surat wasiatnya : “Demi Allah ! Aku ingin bertanya kepadamu apa yang tengah terjadi di negeri-negeri ummat Islam ? penjajahan nyata itu di depan mata, tetapi kamu wahai para ulama mendiamkan walaupun penjajahan itu telah mencapai negeri Tanah Suci. Hingga kini kami belum mendengar satupun panggilan jihad darimu. Saudara ….. ulama-ulama kita ditahan musuh, dan setiap hari kita dengar musuh menangkapi saudara-saudara kita, sedang membebaskan mereka adalah kewajiban kita. Dan kamu wahai ulama telah mengatakan hal ini dan menyepakatinya sudah berapa tahun berlalu. Sedang syaikh kita Umar Abdurrohman masih di penjara Amerika. Itu hanya contoh ….. dan masih banyak lagi ulama-ulama kita yang senasib, tetapi kami tidak mandengar panggilan jihad darimu. Wahai ulama ….. wahai ulama ….. wahai ulama …… Kau biarkan ini semua. Jika engkau masih enggan menyatakan kewajiban jihad, lalu siapakah yang akan menyatakannya ? dan kalau bukan sekarang waktunya lalu kapan lagi ?”
Sementara itu, penyelidikan dan penelusuran terhadap peristiwa serangan 11 September terus berlangsung. Khalid Syaikh Muhammad, salah satu petinggi Tandzim Al Qa’idah Internasional, dalam sebuah pemeriksaan yang dilakukan intelejen Amerika di penjara Guantanamo telah mengakui bahwa dirinya terlibat dalam operasi 11 September 2001 yang penuh barokah di New York dan Washington. Pengakuan beliau ini telah dipublikasikan dengan manuskrip setebal 26 halaman dan pentagon mengakui telah banyak membuang sebagian isi dari pengakuan Khalid Syaikh karena alasan adanya informasi-informasi penting.
Selain transkrip, bukti-bukti lain adalah sebuah komputer yang memuat informasi detail tentang rencana serangan sebelas September, mulai dari nama dan foto para Pahlawan Islam pelaku serangan tersebut hingga surat izin pilot milik Asy Syahid Komander Muhammad Atta, bahkan juga ada surat dari Syaikh Usama bin Ladin. Kholid Syaikh Muhammad (semoga Allah membebaskan beliau) menyatakan semua operasi ini adalah bagian dari Perang Suci terhadap orang-orang kafir dan orang-orang murtad.
Bahkan, TV Al Jazeera (7/9/06) menyiarkan video berdurasi 90 menit (hanya 3 menit yang disiarkan) tentang peristiwa serangan 11 September tersebut. Menjelang lima tahun peristiwa yang menggemparkan dunia tersebut, Al-Qaidah merilis sebuah rekaman video. Dalam video itu, terlihat Usamah bin Ladin sedang melakukan pertemuan dengan para pimpinan senior Al-Qaidah dan beberapa laki-laki yang selama ini diklaim sebagai pelaku serangan 11 September. Belum jelas apa motif Al-Qaidah merilis video itu.
Para pemimpin senior Al-Qaidah yang terlihat dalam video tersebut antara lain Abu Hafs Al-Masri, yang kemudian menjadi pemimpin militer Al-Qaidah dan Ramzi bin Al-Shaiba yang diklaim AS sebagai kordinator serangan 11 September 2001,yang menelan korban hampir 3.000 orang. Dari keterangan video disebutkan bahwa pertemuan itu dilakukan di kamp latihan Al-Qaidah di wilayah Afghanistan pada masa pemerintahan Taliban. Ramzi bin Al-Shaiba sendiri ditangkap AS pada 2002 dan kini dijebloskan ke penjara di Kamp Guantanamo.Dalam video itu juga disebut seorang tokoh Islamis Arab yang tidak begitu dikenal bernama Abu Al-Turab Al-Urduni yang membantu latihan untuk keperluan serangan. Dari video tersebut juga diketahui persiapan serangan termasuk latihan soal pesawat terbang, pertempuran di jalan dan bagaimana memalsukan dokumen-dokumen.
Dua dari 19 pejuang pemberani tersebut, yang ikut serta dalam serangan 11 September, Hamza el-Ramdi dan Wael el-Shemari, keduanya warga negara Arab Saudi, juga terlihat di video itu. Keduanya mengatakan, tindakan mereka terinspirasi oleh desakan untuk membalas penderitaan warga Muslim di Bosnia dan Chechnya.
Dalam beberapa bagian rekaman video, Usamah bin Ladin terlihat mengenakan jubah berwarna hitam dan surban putih. Ia berkeliling di kamp pelatihan di Afghanistan, memberi salam pada para pendukungnya yang beberapa di antaranya mengenakan penutup wajah dan memegang senjata otomatis.Al-Jazeera mengatakan, diantara pengikutnya yang ia beri salam di antaranya adalah orang-orang yang diduga merebut pesawat saat serangan 11 September. Tapi wajah mereka tidak jelas. Dalam satu tampilan, Usamah menghadap ke kamera dan menyerukan umat Islam untuk mendukung para pelaku penyerangan mubarok tersebut. “Saya minta anda berdoa untuk mereka dan meminta pada Tuhan agar mereka sukses, sasaran mereka tepat, langkah mereka kuat dan memperkuat jiwa mereka,” kata bin Ladin.
Pentagon merilis transkrip hasil hearing dengan Khalid Syaikh Muhammad, orang yang dicurigai AS sebagai otak dari serangan 11 September 2001 yang menghancurkan gedung kembar World Trade Center di New York. Menurut rilis tersebut, Khalid mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Dalam rilis yang disebarluaskan Pentagon, Rabu (14/3) Syaikh Muhammad mengatakan, “Saya bertanggung jawab atas operasi 11 September, dari A sampai Z. ” Ia juga mengakui bahwa pimpinan Al-Qaidah Usamah bin Ladin adalah kepala operasi yang mengorganisasikan, merencanakan, menindaklanjuti dan mengeksekusi operasi 11 September. Allahu Akbar!
Penutup
Kini, kita mengenang The Magnificent 19 setelah 6 tahun peristiwa tersebut berlalu. Banyak sudah hal-hal menakjubkan terjadi setelah serangan mubarok tersebut. Perhatian umat manusia kepada Islam meningkat, kebangkitan dan proklamasi daulah Islam terjadi di beberapa tempat, Irak terutamanya. Amerika sendiri mulai limbung dan berniat angkat kaki dari sana. Sungguh, ayat-ayat Allah SWT. berlaku dan terjadi nyata kepada kita semua kaum muslimin, terutama jaminan Allah SWT. bahwa kelompok yang sedikit akan mampu mengalahkan kelompok yang banyak, atas idzin Allah SWT. Peristiwa 11 September dengan para pelakunya The Magnificent 19 adalah bukti ayat tersebut di abad modern ini. Wallahu’alam bis showab!
Ar Rahmah Media Networkhttp://www.arrahmah.comThe State of Islamic Media Read More..

Sabtu, 15 Agustus 2009

FIR'AUNISME (Tuhan macam apa yang diklaim oleh Fir'aun...?)

Oleh: Ust. Abu Sulaiman Aman Abdurrahman (Fakallahu 'Asrah)

Segala puji hanya bagi Allah Rabbul’alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya dan para shahabatnya seluruhnya.
Sering sekali kita mendengar ucapan: “Alangkah durjananya Fir'aun, bagaimana bisa dia mengaku tuhan dan membunuhi anak-anak laki-laki?”. pertanyaan yang harus dijawab: Ketuhanan macam apa yang diklaim oleh Fir'aun saat dia mengatakan:
“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi” (An Nazi’at: 24)
Dan saat dia mengatakan:
“Dan berkata Fir'aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku” (Al Qashash: 38)
Apakah dia mengklaim menciptakan langit dan bumi beserta isinya? Apakah dia mengklaim memiliki manfaat dan madlarat? Dan apakah bentuk peribadatan kaum Fir'aun kepadanya? Serta apakah ada orang-orang di zaman sekarang yang seperti Fir'aun?
Mari kita kupas dengan merujuk kepada dalil-dalil syar’iy lalu kita hubungkan dengan realita…
Katahuilah, bahwa Fir'aun sama sekali tidak mengaku sebagai pencipta langit dan bumi, dia mengetahui benar bahwa dirinya terlahir dari manusia, dan apa yang ada di sekitarnya bukanlah dia yang menciptakan, oleh sebab itu Musa 'alaihissalam berkata kepadanya:
“Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata”. (Al Isra: 102)
Jadi, Fir'aun tidak mengklaim penciptaan langit dan bumi beserta isinya…Fir'aun juga tidak mengaku bisa mendatangkan manfaat atau menolak bala, buktinya adalah tatkala Allah mengirimkan taufan, belalang, kutu, katak, dan air minum menjadi darah, maka Fir'aun dan kroni-kroninya malah datang meminta do’a kepada nabi Musa agar diselamatkan dari adzab yang menimpa mereka, sebagaimana yang Allah ta’ala kisahkan kepada kita:“Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: “Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu”. (Al A’raf: 134)Buktinya juga adalah bahwa dia meminta bantuan para tukang sihir untuk mengalahkan mukjizat nabi Musa 'alaihissalam dan dia meminta pendapat para pejabat negerinya dalam menanggulangi mukjizat nabi Musa 'alaihissalam:“Fir'aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: “Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai, ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?” (Asy Syu’ara: 34-35)Dan firman-Nya ta'ala tentang ucapan Fir'aun kepada khalayak:“Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang” (Asy Syu’ara: 40)Jadi kalau demikian keadaannya, apa sebenarnya ketuhanan yang diklaim Fir'aun itu? dan apa bentuk peribadatan rakyat Mesir kepadanya, serta bagaimana kaitannya dengan realita masa sekarang?Saya akan memahamkan dulu kepada sifat khusus ketuhanan yang berkaitan dengan hal ini, kemudian menghubungkan dengan kisah Fir'aun zaman Nabi Musa 'alaihissalam dan dengan realita Fir'aun-Fir'aun masa sekarang…
Di antara sifat khusus ketuhanan Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah al hukmu wa at tasyri’ (kewenangan pembuatan hukum) yang tidak boleh disandarkan kepada selain-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” (Al An’am: 57).
Dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
“Dan bagi-Nyalah segala penentuan hukum dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. (Al Qashash: 70)
Dikarenakan Allah ta’ala adalah yang menciptakan semua makhluk, maka hanya Dia-lah yang berhak memerintahkan dan menetapkan hukum sebagaimana firman-Nya:
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah”. (Al A’raf: 54)
Penyandaran kewenangan pembuatan hukum itu adalah ibadah yang hanya disandarkan kepada Allah ta’ala dan tidak boleh disandarkan kepada selain Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak beribadah kecuali kepada Dia” (Yusuf: 40)
Dan dikarenakan ini adalah hak khusus Allah, maka dia tidak menjadikan satupun sebagai sekutu-Nya di dalam penentuan hukum ini, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum”. (Al Kahfi: 26)
Dan dalam qira’ah Ibnu Amir yang mutawatir dibaca: “Dan janganlah kamu menyekutukan seorangpun di dalam (hak) menetapkan hukum” (Al Kahfi: 26)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebut para pembuat undang-undang atau hukum selain Dia sebagai sekutu-sekutu yang diibadati selain-Nya, sebagaimana di dalam firman-Nya:
“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka ajaran yang tidak diizinkan Allah?”. (Asy Syura: 21)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mencap para pembuat hukum selain Diri-Nya sebagai arbab (tuhan-tuhan yang diibadati) selain Allah, sebagaimana firman-Nya:
“Mereka (orang-orang Nashrani) menjadikan orang-orang alimnya (ahli ilmu) dan rahib-rahib (para pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (At Taubah: 31)
Dalam ayat ini Allah memvonis orang Nashrani dengan vonis:
Dalam ayat ini Allah memvonis orang Nashrani dengan vonis:
1. Mereka telah mempertuhankan para alim ulama dan para rahib
2. Mereka telah beribadah kepada selain Allah, yaitu kepada alim ulama dan para rahib
3. Mereka telah melanggar Laa ilaaha illallaah
4. Mereka telah musyrik
5. alim ulama dan para rahib itu telah memposisikan dirinya sebagi arbab.
Bentuk ketuhanan macam apa yang mereka klaim dan bentuk peribadatan macam apa yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani kepada alim ulama dan para pendetanya? Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hal itu di dalam hadits hasan dari ‘Adiy ibnu Hatim, ia datang ─saat masih Nashrani─ berkata: “Kami tidak pernah mengibadati mereka”. Di sini ‘Adiy ibnu Hatim dan orang-orang Nashrani merasa tidak pernah beribadah kepada alim ulama dan para pendeta, karena mereka tidak pernah sujud dan shalat kepadanya, dan mereka tidak paham apa yang dimaksud dengan peribadatan dan pentuhanan alim ulama dan pendeta itu, maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan hal itu seraya berkata: “Bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan terus kalian ikut menghalalkannya, dan bukankah mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan terus kalian ikut mengharamkannya?”, maka ‘Adiy berkkata: “Ya, benar”, maka Rasulullah berkata lagi: “Itulah bentuk peribadatan kepada mereka”. Yaitu: bukankah mereka membuat hukum dan kalian mematuhi atau menyetujui dan menjadikan hukum mereka sebagai acuan?, dan ‘Adiy mengiakannya.
Jadi, pemposisian diri sebagai tuhan di sini adalah dengan pengklaiman atau pengakuan akan keberhakkan pembuatan hukum dan undang-undang yang mana itu merupakkan hak khusus Allah. Oleh sebab itu Allah ta’ala mencap para penggulir hukum atau ajaran atau undang-undang selain Diri-Nya sebagai syuraka (sekutu-sekutu) yang diibadati oleh kaum musyrikin, sebagaimana di dalam firman-Nya:
“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka ajaran yang tidak diizinkan Allah?”. (Asy Syura: 21)
Sedangkan bentuk peribadatan yang dilakukan oleh kaum Nashrani itu bukanlah sujud, ruku’, akan tetapi dengan ketaatan, kepatuhan, dan kesetiaan kepada hukum yang mereka buat. Oleh sebab itu Allah ta’ala mencap MUSYRIK orang-orang yang mentaati para pembuat hukum dalam hukum yang mereka buat, dan Dia mencap hukum buatan itu sebagai wahyu (bisikan) syaitan di dalam firman-Nya:
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kalian; dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”. (Al An’am: 121)
Al Imam Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dengan sanad yang shahih bahwa kaum musyrikin mendebat kaum muslimin agar menyetujui mereka perihal penghalalan bangkai seraya mengatakan: “Apa yang disembelih kalian dengan tangan kalian adalah halal, sedangkan apa yang disembelih Allah dengan tangan-Nya yaitu ─bangkai─ adalah haram”. Dengan ucapan ini mereka mendesak kaum muslimin agar menyetujui penghalalan bangkai, namun Allah ta’ala menghati-hatikan kaum muslimin dengan firman-Nya: “dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”. (Al An’am: 121)

Di dalam ayat ini Allah menetapkan beberapa hal:
Di dalam ayat ini Allah menetapkan beberapa hal:
· Hukum yang bukan dari Allah adalah bisikan syaitan,
· Orang-orang yang membuat hukum adalah wali-wali (kawan-kawan) syaitan,
· Membuat atau menyetujui satu hukum saja adalah merupakan kemusyrikan,
· Peribadatan kepada pembuat hukum selain Allah ta’ala adalah dengan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan kepada hukum tersebut,
· Orang yang menyetujui hukum buatan walaupun hanya satu hukum saja, maka dia adalah orang musyrik.
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy rahimahullah berkata saat menjelaskan ayat tersebut: “Bahwa setiap orang yang mengikuti aturan, undang-undang dan hukum yang menyelisihi apa yang Allah syari’atkan lewat lisan Rasul-Nya shalallahu 'alaihi wa sallam, maka dia itu musyrik kepada Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai rabb (tuhan)”, (Al Hakimiyyah Fi Tafsir Adlwaul Bayan: … )
Bila anda telah memahami bahwa pengklaiman keberhakkan membuat hukum adalah pengklaiman ketuhanan, maka anda akan memahami bahwa ketuhanan yang diklaim Fir'aun itu adalah ketuhanan semacam ini, yaitu bahwa dirinyalah yang berhak membuat hukum dan hukumnyalah yang paling tinggi [“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi” (An Nazi’at: 24)] serta tidak ada tuhan pembuat selain dirinya [“Dan berkata Fir'aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku” (Al Qashash: 38)], dan barangsiapa yang mengikuti hukum selainnya maka akan mendapat ancaman penjara:
“Fir'aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain Aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. (Asy Syu’ara: 29)
Dan anda juga memahami bahwa peribadatan kaum Fir'aun kepadanya adalah bukan dengan shalat dan do’a kepadanya, akan tetapi dengan kepatuhan, ketaatan, kesetiaan kepada produk hukumnya:
“Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya”. (Az Zukhruf: 54)
Fir'aun dan para pembesar kaumnya berkata perihal Musa dan Harum ‘alaihimas salam:
“Dan mereka berkata: “Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), Padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (Al Mukminun: 47)
ulama tafsir menjelaskan bahwa ayat: “Orang-orang yang menghambakan diri” adalah orang-orang yang mentaati, sebagaimana firman-Nya:
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”. (Yasin: 60)
Makna menyembah syaitan adalah mengikuti atau mentaati syaitan.
Bila anda telah memahami macam ketuhanan yang diklaim Fir'aun, maka mari kita mengenal Fir'aun-Fir'aun zaman sekarang di negeri ini…
Untuk mengetahui Fir'aun-Fir'aun di negeri ini adalah sangat mudah, cukup dengan membuka kitab yang diimani kaum musyrikin di negeri ini dan yang lebih mereka sucikan daripada Al Qur’an Al Karim, yaitu Undang Undang Dasar 1945 yang selalu mereka junjung tinggi dalam setiap kesempatan.
Setiap orang atau lembaga yang diberi kewenangan pembuatan hukum atau undang-undang, maka ia itu adalah yang dipertuhankan, sama dengan Fir'aun, di antaranya adalah MPR berdasarkan Undang Undang Dasar bab III pasal 3 (1):“Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar”
Lembaga Fir'aunisme yang lain adalah DPR berdasarkan Bab VII pasal 20 (1):“Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”
Juga sebagaimana yang dikatakan dalam bab VII pasal 21 (1):“Anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan undang-undang”
Juga di dalam Bab III pasal 5 (1):“Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”
Serta pasal-pasal lainnya yang memberikan hak ketuhanan (baca: pembuatan hukum) kepada orang atau lembaga-lembaga tertentu.
Bila anda memahami ketuhanan semacam ini, maka anda akan mengetahui bahwa gedung-gedung Parlemen itu adalah sama dengan candi-candi tempat pemujaan kaum musyrikin. Bila di candi-candi itu dipajang patung-patung berhala yang diibadati dengan sujud, do’a dan pesembahan sesajian, maka di gedung Parlemen itu dipenuhi oleh berhala-berhala hidup yang diibadati dengan ketaatan terhadap hukum dan undang-undang yang mereka gulirkan.
Bila dahulu sebagian kaum musyrikin Arab membuat tuhan dari adonan roti yang mereka sembah dan bila lapar maka mereka memakannya dan kemudian membuat yang baru lagi untuk mereka sembah, maka demikian juga kaum musyrikin hukum; mereka membuat hukum lalu mereka mengibadatinya dengan ketaatan, dan bila sudah tidak layak lagi maka mereka menyantapnya berama-ramai dengan amandemen dan revisi, kemudian mereka membuat adonan hukum baru, mereka menggodoknya dan terus mereka menggulirkannya untuk diibadati… “Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.
Umar ibnul Khaththab radliyallahu'anhu berkata: “Ikatan-ikatan Islam ini hanyalah terurai satu demi satu bila tumbuh di dalam Islam ini orang yang tidak mengenal Jahiliyyah”
Adapun kejahatan Fir'aun dahulu adalah membunuh anak-anak laki-laki dari keluargaorang-orang yang beriman, menngancam orang-orang yang membangkang kepada undang-undang dan ajarannya dengan ancaman pembunuhan dan penjara, menuduh orang-orang yang beriman sebagai penebar ajaran sesat dan kerusakan, menuduh mereka ingin merampas kekuasaan dari tangannya, serta tuduhan lainnya…
Adapun pembunuhan setiap anak laki-laki, maka seperti dikatakannya: [“Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman” (Al Mukmin: 25)]. Karena jika dibiarkan, Fir'aun khawatir anak-anak itu membawa petaka bagi kekuasaannya di masa mendatang, namun walaupun mereka dibunuh fisiknya, tapi mereka berada di atas fithrahnya yang bersih, sehingga mereka insyaAllah masuk surga berdasarkan hadits-hadits shahih perihal anak orang mukmin yang meninggal sebelum akil baligh.
Berbeda halnya dengan Fir'aun-Fir'aun zaman sekarang dimana mereka itu lebih jahat daripada Fir'aun zaman dulu. Fir'aun-Fir'aun zaman sekarang membunuh fithrah anak-anak melalui pendidikan-pendidikan di sekolah-sekolah milik thaghut, menjauhkan anak-anak dari tauhid dan mendoktrin mereka agar loyal dan setia kepada Fir'aun zaman sekarang dan undang-undangnya, karena orang yang mati fithrah tauhidnya maka hakikatnya adalah orang yang sudah mati:
“Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?” (Al An’am: 122)
Mereka tumbuh dewasa sebagai orang-orang musyrik yang setia kepada system dan perundang-undangan yang dibuat Fir'aun itu, dan andai mereka mati di atas keadaan seperti ini maka mereka mati dalam keadaan kafir yang mana hal itu mengkekalkan di dalam neraka. Jadi nyata dan jelas bahwa Fir'aun-Fir'aun zaman sekarang lebih jahat daripada Fir'aun zaman dahulu.
Dan saat Fir'aun-Fir'aun zaman sekarang tidak mampu merubah fithrah anak kaum muslimin, baik karena kaum muslimin paham akan hal ini dan menjauhkan anak-anak mereka dari sekolah-sekolah Fir'aun serta mendidiknya di atas tauhid, ataupun saat dewasa anak-anak itu Allah ta’ala bukakan hatinya untuk menerima tauhid dan berbalik memusuhi dan menentang Fir'aun dan sistemnya, maka Fir'aun-Fir'aun itu akan menggunakan cara-cara yang pernah digunakan Fir'aun zaman dulu, yaitu seperti:
Pembunuhan:
“Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa”. (Al Mukmin: 26)
Penyiksaan yang sadis, sebagaimana yang dilakukan kepada para mantan tukang sihir (ansharnya) yang sadar:
“Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”. (Thaha: 71)
Pemberantasan dan pengejaran:
“Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kalian akan dikejar”. Kemudian Fir'aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Fir'aun berkata): “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga”. (Asy Syu’ara: 52-56)
Ancaman penjara:
“Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. (Asy Syu’ara: 29)
Tuduhan ingin merubah idiologi negara dan penebar kerusakan:
“Sesungguhnya aku khawatir dia (Musa) akan menukar dien kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”. (Al Mukmin: 26)
Sedangkan makna dien adalah undang-undang sebagaimana firman Allah ta’ala:
“Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut dien (undang-undang) Raja” (Yusuf: 76)
Jadi, Fir'aun khawatir Musa 'alaihissalam menukar undang-undang atau idiologi negaranya, juga tuduhan ingin merebut kekuasaan:
“Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi?” (Yunus: 78)
Bagitulah, semua orang kafir melakukan hal yang serupa terhadap kaum mukminin, dimana Fir'aun-Fir'aun masa sekarang, baik dia itu nengaku muslim maupun tidak, mereka melakukan pembunuhan terhadap para penegak Laa ilaaha illallaah, bisa dengan pembunuhan misterius, pembunuhan masal ataupun lewat jalur persidangan hukum thaghut mereka, penjara, penahanan, penggerebekan, dan pengejaran adalah lumrah bisaa dilakukan para kaki tangan Fir'aun negeri ini dan negeri-negeri lainnya. Lisan mereka mengatakan “Akulah tuhan kalian yang paling tinggi, tidak ada tempat bagi hukum Allah di negeri ini, dan hanya hukum dan idiologi kamilah yang paling tinggi di negeri ini”. Apakah mereka tidak mngetahui bahwa di sana ada hari penentuan dan pembalasan yang penyiksaannya tidak sebanding dengan penyiksaan mereka, penjaranya adalah Jahannam yang mengerikan, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, tiada kematian dan istirahat, namun yang ada hanyalah penyiksaan abadi…
Wahai Fir'aun dan bala tentaranya:
“Untuk kalian kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?!" (Al Mukmin: 29)
Kami mengajak kalian kepada hukum Allah ta’ala yang merupakan keselamatan dari siksa-Nya, namun kalian malah mengajak kami untuk setia kepada hukum buatan yang kafir yang menghantarkan ke dalam neraka…Kalian mengajak kami untuk kafir kepada Allah dan menyekutukan-Nya dalam hak hukum… Kami lebih peduli terhadap keselamatan kalian daripada kepedulian kalian terhadap keselamatan kami, namun kalian membalas kepedulian baik kami dengan sikap buruk kalian kepada kami…“Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kalian kepada keselamatan, tetapi kamu kalian menyeru aku ke neraka?. (Kenapa) kalian menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kalian (beriman) kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?. Sudah pasti bahwa apa yang kalian seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kalian akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kalian. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. (Al Mukmin: 41-44)
Kalian malah membalas air susu dengan air tuba !, kami mengajak agar kalian tidak masuk ke dalam penjara neraka, tapi kalian malah menjebloskan kami para penyeru tersebut ke dalam penjara-penjara kalian…Ingat, hakikat kehidupan adalah ridha Allah dan masa depan yang sebenarnya adalah masa depan akhirat, maka janganlah sekali-kali kalian menukarnya dengan kehidupan yang sesaat dan penuh kekeruhan…“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”. (Ali Imran: 196-197)Ingat, hakikat kemenangan dan keberhasilan adalah dijauhkan dari neraka dan dimasukan kedalam surga:
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung” (Ali Imran: 185)
Lakukanlah apa yang kalian suka terhadap ajaran Allah dan para pemeluknya, tapi ingat cahaya tauhid pasti akan menerangi bumi Allah ta’ala dan kekuasaan hukum kafir kalian akan sirna…
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki melainkan menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai”. (At Taubah: 32)
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para shabat, walhamdulillahi rabbil ‘alamin…
LP. Sukamiskin Bandung, 22 Rajab 1428 H
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
Posted by ABU MUSA at 18:21
Read More..

Sabtu, 08 Agustus 2009

WASIAT KEPADA PARA MUJAHIDIN



“Segala puji bagi Alloh; kami memuji, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan diri serta keburukan amal perbuatan kami. Siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada seorangpun mampu menyesatkannya, dan siapa yang Alloh sesatkan maka tidak ada seorangpun yang bisa memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang haq) selain Alloh; satu-satu-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rosul-Nya; beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan menasehati umat, serta meninggalkan mereka di atas mahajjatul baidho’ (keterangan yang sangat jelas), malamnya seperti siang, tidak ada yang menyimpang dari keterangan tersebut kecuali orang yang binasa.“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Alloh dengan sebenar-enarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” [1]“Hai manusia, bertakwalah kepada robb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa dan menciptakan darinya pasangannya serta mengeluarkan dari keduanya keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kalian kepada Alloh yang (dengan menyebut nama-Nya) kalian saling meminta serta (peliharalah) tali silaturrohmi. Sesungguhnya Alloh Mahamengawasi kalian.” [2]“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang lurus. Niscaya Alloh akan memperbaiki amal kalian serta mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa yang entaati Alloh dan rosul-Nya maka sungguh ia telah meraih kemenangan yang besar.”[3]Tsumma Amma ba‘du
Sejarah kembali terulang, jalan cerita sejarah dari zaman ke zaman tidak pernah berubah… manusia dan pemerannya boleh berubah, peralatan-peralatan boleh berkembang pesat; akan tetapi pentas sejarah tetaplah baku; kisah permusuhan hanya satu, yaitu kebenaran melawan kebatilan, Islam memerangi kekafiran, kejahilaya-han, dan kemunafikan yang terselu-bung. Adapun orang-orang lemah dan benyali rendah, mereka memegang tongkat pada bagian tengahnya; satu sisi ia menyatakan bergabung dengan umatnya, tapi di sisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan dunia-nya sembari menunggu kabut tersingkap dan peperangan berakhir; dengan maksud ingin bergabung dengan kelompok yang kuat dan menumpang kapal fihak yang menang, sungguh teramat jelek apa yang diperbuat orang-orang seperti ini.Tapi mereka dihentikan oleh orang-orang robbaniyyuun, yang mengangkat bendera di zaman kerusakan, mengangkat kepala di zaman kehinaan, tekat mereka mengarungi angkasa, pergi menuju Alloh, Dzat Yang Maha melihat lagi Maha mendengar, meneladani Sang pembawa peringatan dan kabar gembira, Muhammad Shollallohu Alaihi wa Sallam, mereka orang-orang asing yang wajahnya hangus terbakar angin keterasingan, kaki mereka yang tanpa alas kaki meneteskan darah di sahara yang berkobar oleh api permusuhan, tidak ada pintu yang mau menerima mereka sehingga mereka mengetuk pintu langit, lalu dibukalah pintu tersebut untuk mereka, langsung dari tengah-tengah surga untuk menghidupkan hati, tersirat kegembiraan iman dalam diri mereka, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur, karena mereka marah demi agamanya, walaupun seluruh dunia bersatu-padu membidiknya.
Jihad adalah solusi!
Ummatku…Sungguh bahaya telah mencapai klimaksnya, orang-orang dzalim telah melampaui batas, di negeri kita bertebaran orang-orang jahat, serigala-serigala, bahkan anjing-anjing, mereka telah berani lancang kepada kita. Di sisi lain, manusia tengah kebingungan mencari solusi di tengah fatamorgana padang pasir, padahal solusi itu ada di hadapan mata mereka! Solusi itu adalah jihad fi sabilillah.Inilah wasiat-wasiat para imam jihad yang telah mendahului kita dalam menempuh jalan penuh berkah ini, yang akan kusampaikan kepada kalian. Aku sengaja menyusunnya dengan sedikit merubah susunan kata-katanya; dengan harapan ini akan menjadi peringatan untuk diriku sendiri dan ikhwan-ikhwanku para mujahidin, agar mereka tetap teguh, dan untuk mengajak mereka mempertahankan kesabaran dalam memegang prinsip serta ajaran Islam yang baku.Lemah nyali dan perbuatan maksiat, menunda kemenangan
Wahai para mujahidin…Aku sama sekali tidak mengkhawatirkan banyaknya musuh kalian dan besarnya senjata mereka, aku tidak mengkhawatirkan kalian lantaran berkumpulnya seluruh kekuatan jahat memerangi kalian, atau sikap melemah-kan semangat dari saudara-saudara kalian sesama muslim di berbagai belahan dunia; yang aku khawatirkan justru dari diri kalian sendiri, aku khawatir kalian terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), merasa lemah dan kalah, kemudian banyak melakukan maksiat.Kalian bisa mengambil pelajaran dari peristiwa perang Uhud, Alloh Ta‘ala berfirman:“…sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan bermaksiat kepada perintah (Rosul) sesudah Alloh memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yangmenghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Alloh memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu…Ibnu Katsir berkata, “Tadinya keunggulan dan kemenangan berada di fihak Islam pada pagi harinya, tapi tatkala para pemanah bermaksiat dan sebagian pasukan merasa gagal, janji kemenanganpun tertunda, di mana datangnya kemenangan ini disyaratkan adanya keteguhan dan sikap taat.”Peristiwa Uhud ini sungguh telah menorehkan peristiwa yang menakjubkan, antara lain: jumlah musuh tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah kaum muslimin, lalu Alloh memenangkan kaum muslimin di pagi hari; tapi tatkala mereka bermaksiat, Alloh timpakan musibah di sore hari.Shahabat Jâbir Radhyilallohu ‘Anhu berkata, “Ketika perang Uhud, manusia bercerai berai dari sisi Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, yang tinggal menyertai beliau hanya 13 orang Anshor dan Tholhah.”Dalam hadits Anas Radhyilallohu ‘Anhu ia berkata, “Ketika pecah perang Uhud, kaum muslimin tercerai berai. Maka Anas bin Nadhr berkata, ‘Ya Alloh, aku memohon udzur kepada-Mu dari perbuatan shahabat-shahabatku, dan aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan orang-orang musyrik itu.’”Dulu, setelah pulau Qibrish ditaklukkan, Abu `d-Darda’ duduk sambil menangis tatkala menyaksikan penduduknya menangis dan dalam kondisi kacau balau. Maka ada yang bertanya, “Wahai Abu `d-Darda’, apa yang membuatmu menangis di hari ketika Alloh memuliakan Islam?” beliau menjawab, “Celakalah kalian, alangkah rendahnya makhluk di sisi Alloh ketika mereka meninggalkan perintah-Nya, padahal mereka dulu adalah bangsa yang menang dan kuat, mereka meninggalkan perintah Alloh dan akhirnya menjadi seperti yang kalian lihat.
”Tamkîn hanya datang setelah ujian: Wahai para mujahidin…Memang, pertolongan kadang tertunda, tak jarang kekalahan dan luka-luka terjadi pada barisan kalian, dan ini bukanlah hal yang aneh. Sebab itu adalah sunnatulloh pada orang-orang terdahulu. Dan tidak ada perubahan pada sunnatulloh.Heraklius berkata kepada Abu Sufyan: “Aku tadi bertanya kepadamu tentang bagaimana kalian memerangi orang itu –yang ia maksud adalah Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam— lantas engkau katakan bahwa peperangan itu silih berganti (kadang menang kadang kalah); memang seperti itulah keadaan para rosul; mereka diuji kemudian kemenangan akhir ada di tangan mereka.”Sungguh, ujian terberat bagi kalian ketika memerangi musuh adalah bersabar dan yakin. Yakin bahwa Alloh akan menepati janji-Nya, menolong tentara dan pasukan-Nya, walaupun setelah lewat masa yang panjang. Dan sabar ketika mengalami kegoncangan-kegonca-ngan, dan yakin bahwa jalan keluar ada bersama kesulitan, dalam kesuli-tan ada kemudahan.Ada seseorang bertanya kepada Imam Syafi‘i, “Wahai Abu Abdillah, mana yang lebih baik bagi seseorang; diberi kekuasaan ataukah diuji?” Maka Imam Syafi‘i menjawab, “Ia tidak akan diberi kekuasaan sebelum diuji.”Sesungguhnya Alloh telah menguji Nabi Nuh, Ibrohim, Musa, Isa, dan Muhammad –semoga sholawat dan salam tercurah selalu kepada mereka—, tatkala mereka bersabar, Alloh pun memantabkan kedudukan mereka di muka bumi. Maka jangan ada seorangpun menyangka bisa terlepas dari kepedihan!Kelirulah orang yang berburuk sangka kepada Alloh, di mana ia hanya melihat kepada jumlah dan peralatan yang dimiliki musuh dengan melupakan janji Alloh;“…Alloh telah tetapkan: Aku pasti memenangkan diri-Ku dan rosul-rosul-Ku,” [4]“…Barang siapa berwali kepada Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang beriman, maka sesungguhnya pasukan Alloh lah orang-orang yang menang.” [5]“Adalah kewajiban Kami menolong orang-orang beriman,”[6]“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa…” [7]
Di sini ada syarat sebelum mendapatkan janji, yaitu iman, ikhlas (tidak menyekutukan Alloh), dan beramal sholeh, barulah datang kemenangan, kekuasaan, dan ke-khilafahan di muka bumi, “Itulah janji Alloh, Alloh tidak menyelisihi janji-Nya.” [8]Sungguh indah apa yang dikatakan Sayyid Quthb Rahimahulloh ketika mengomentari firman Alloh:“Betapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Alloh…” [9]Beliau berkata, “Ayat ini adalah kaidah dalam perasaan orang-orang yang yakin bahwa mereka pasti akan berjumpa dengan Alloh, kaidah ini menyatakan bahwa kelompok orang-orang beriman itu sedikit, sebab kelompok inilah yang bisa menapaki tangga ujian yang berat hingga puncaknya, sehingga mereka mencapai predikat sebagai pasukan pilihan. Meski sedikit, tapi merekalah yang menang, sebab mereka memiliki kontak dengan sumber segala kekuatan, dan mewakili kekuatan yang pasti menang; yaitu kekuatan Alloh yang pasti memenangkan urusan-Nya, Dzat Yang Mahapemaksa di atas hamba-hamba-Nya, yang menghancurkan orang-orang bengsis, menghinakan orang-orang dzolim, dan menundukkan orang-orang sombong

.”Orang-orang yang terlibat dalam jihad adalah kaum yang beruntung:

Wahai mujahidin…Demi Alloh, kalian dalam kondisi yang sangat beruntung sehingga banyak orang yang patut iri kepada kalian. Bukan seperti dikatakan para mukhodzil dan pelemah semangat yang hanya melihat pada ukuran materi saja, yang merasa ngeri dengan berita-berita yang disebar luaskan media-media informasi di seluruh dunia dan arab, yaitu kemenangan pasukan sekutu dan mundurnya para mujahidin. Sungguh, perang tidak diukur dengan jumlah dan persenjataan, bukan dengan kemenangan dan keunggulan. Sebab itu kemungkinan-kemungkinan yang pasti terjadi. Tetapi, di suatu hari nanti kemenangan dan kekuasaan di muka bumi akan datang jua, walaupun setelah waktu yang lama.Ketika menceritakan kondisi persekutuan pasukan Tartar, orang-orang munafik, dan lain sebagainya, untuk menyerang kaum muslimin di zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh berkata,“Fitnah ini telah memecah manusia kepada tiga kelompok:
Thô’ifah Manshûroh (kelom-pok yang ditolong Alloh); mereka adalah para mujahidin yang berjihad melawan bangsa perusak
Thô’ifah Mukhôlifah (ke-lompok yang menyelisihi); mereka adalah orang-orang berpikiran kacau yang bergabung dengan pasukan Tartar tapi masih mengaku muslim.
Thô’ifah Mukhôdzilah (ke-lompok pelemah semangat dan tidak mau membantu mujahidin); mereka adalah orang-orang yang duduk dari jihad melawan Tartar, walaupun keislaman mereka benar.
Maka hendaknya setiap muslim melihat di mana posisi dirinya, apakah termasuk Thô’ifah Manshûroh, Thô’ifah Mukhôdzilah, ataukah Thô’ifah Mukhôlifah; karena tidak ada kelompok yang keempat.
Dan ketahuilah, dalam jihad ada kebaikan di dunia dan akhirat. Sedangkan meninggalkannya adalah kerugian dunia akhirat. Alloh Ta‘ala berfirman:“Katakanlah (Hai Muhammad): Kalian tidak menunggu dari kami selain dua kebaikan,” [10] dua kebaikan itu adalah kemenangan atau kesyahidan dan surga.Maka siapa saja yang hidup bersama mujahidin, ia adalah orang mulia dan berhak mendapatkan pahala di dunia serta kebaikan pahala akhirat. Bagi yang meninggal atau terbunuh, ia akan menuju surga.Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,(يُعْطَى الشَّهِيْدُ سِتَّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ بِأَوَّلِ قَطْرَةِ دَمٍ مِنْ دَمِهِ , وَيَرَى مَقْعَدَهُ فيِ اْلجَنَّةِ, وَيُكْسَى حُلَّةً مِنَ اْلإِيْمَانِ, وَيُزَوَّجُ بِثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ, وَيُوْقَى فِتْنَةَ الْقَبْرِ, وَيُؤْمَنُ مِنَ اْلفَزَعِ اْلأَكْبَرِ)“Orang yang mati syahid diberi enam perkara: Dosanya di ampuni ketika pertama kali darahnya menetes, diperlihat-kan tempatnya di surga, diberi pakaian keimanan, dinikahkan dengan 72 bidadari bermata eli (huurun ‘Iin), dilindungi dari fitnah kubur, dan diamankan dari kegoncangan hari kebang-kitan.”Rosululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam juga bersabda
,(إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَمِائَةَ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ وَالدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ أَعَدَّهَا اللهُ تَعَالىَ لِلْمُجَاهِدِيْنَ فيِ سَبِيْلِهِ)
“Sesungguhnya di surga ada 100 derajat, jarak satu derajat dengan derajat lainnya sama dengan jarak langit dan bumi, yang Alloh Ta‘ala sediakan bagi para mujahidin di jalan-Nya.” [11]Inilah ketinggian derajat surga sejauh 50.000 tahun [12] perjalanan, bagi orang-orang yang berjihad…”Hingga Syaikhul Islam mengatakan,“Para ulama juga telah sepakat –sejauh yang kuketahui— tidak ada amalan sunnah yang lebih baik daripada jihad; jihad lebih baik daripada ibadah hajji, puasa, dan sholat, yang sunnah. Berjaga di perbatasan (ribath) lebih baik daripada tinggal di Mekkah, Madinah, atau Baitul Maqdis. Sampai-sampai Abu Huroiroh ra mengatakan: Sungguh berjaga-jaga (ribath) di jalan Alloh satu malam saja lebih aku sukai daripada aku berada di samping Hajar Aswad ketika Lailatul Qodar.Di sini, beliau lebih memilih ribath satu malam daripada beribadah di malam terbaik dan di jengkal tanah terbaik.”Beliau berkata, “Ketahuilah, semoga Alloh memperbaiki Anda semua, bahwa kemenangan itu milik orang-orang beriman, hasil akhir milik orang-orang bertakwa, dan Alloh bersama orang-orang bertakwa lagi berbuat baik. Musuh itu pada dasarnya tertundukkan dan tertindas, Alloh Ta‘ala adalah Dzat yang meme-nangkan kita atas mereka, membalaskan dendam kita kepada mereka, dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Alloh Yang Mahatinggi lagi Mahaagung. Maka terimalah kabar gembira berupa pertolongan Alloh Ta‘ala dan hasil akhir yang baik, “Dan janganlah kalian merasa hina dan sedih, padahal kalian adalah lebih tinggi jika kalian beriman.” [13]Selanjutnya beliau berkata lagi, “Ketahuilah –semoga Alloh senantiasa memperbaiki diri kalian—, nikmat terbesar bagi orang yang Alloh ‘Azza Wa Jallaehendaki kebaikan pada dirinya adalah ketika Alloh menghidupkannya sekarang ini, di zaman ketika Alloh tengah memperbaharui agama-Nya, menghi-dupkan kembali syiar kaum muslimin, menghidupkan ihwal kaum mukminin dan para mujahidin; sehingga keadaannya mirip dengan As-Sabiqunal Awwalin dari kalangan Muhajirin dan Anshor. Maka siapa saja yang melaksanakan semua ini di zaman sekarang, berarti ia termasuk orang-orang yang mengikuti jejak mereka dalam kebaikan. Maka sudah selayaknya kaum mukminin bersyukur kepada Alloh atas ujian yang pada hakikatnya adalah anugerah mulia dari Alloh Ta‘ala ini, seharusnya mereka mensyukuri terjadinya fitnah yang di dalamnya mengandung nikmat besar ini. Hingga seandainya para shahabat As-Sabiqûnal Awwalûn dari kalangan Muhajirin dan Anshor, seperti Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, dan yang lainnya, mereka hadir di tempat ini, tentu amalan paling utama yang mereka lakukan adalah berjihad melawan orang-orang jahat itu. Dan tidak ada yang ketinggalan dari peperangan seperti ini selain orang yang merugi perdagangannya, dungu jiwanya, dan diharamkan untuk mendapatkan bagian besar dari dunia dan akhirat; kecuali orang yang mendapatkan udzur dari Alloh, seperti orang sakit, fakir, buta, dan lain sebagainya.”Syaikhul Islam juga mengatakan,“Puncak Islam adalah jihad di jalan Alloh, sesungguhnya jihad adalah perkara dicintai Alloh dan rosul-Nya yang paling tinggi. Dan orang-orang yang mencela jihad ini banyak jumlahnya. Sebab kebanyakan orang yang di dalam hatinya ada iman sekalipun, mereka membenci jihad. Kemungkinannya, kalau bukan sebagai mukhodzil yang melemahkan semangat dan keinginan untuk berjihad, atau menjadi pembuat kekacauan dan pelemah kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakannya. Walaupun, perbuatan tersebut termasuk kemunafikan.”Kondisi dunia Islam sekarang, hampir sama dengan ketika Pasukan Tartar dulu menyerang Dunia Islam:
Wahai mujahidin…Aku tidak menemukan sesuatu yang lebih baik untuk kuketengahkan di hadapan kalian, selain tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika beliau mengomentari persekutuan pasukan Ahzab dalam perang Khondaq. Beliau berkata, “Ringkasan cerita perang Khondaq, bahwa kaum muslimin terkepung oleh seluruh kaum musyrikin di sekeliling mereka. Mereka datang dengan bala tentaranya ke Madinah untuk membasmi orang-orang beriman hingga ke akar-akarnya. Maka berkumpullah kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya dari Bani Asad, Asyja‘, Fazaroh, dan kabilah-kabilah Nejd lainnya. Turut bergabung juga yahudi Bani Quroidzoh dan Bani Nadzir. Pasukan sekutu ini berkumpul menjadi satu dan jumlah mereka jauh berlipat ganda di atas jumlah kaum muslimin. Sampai-sampai Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam harus meng-ungsikan orang-orang lemah dari wanita dan anak-anak ke benteng-benteng Madinah.Sedangkan kejadian sekarang ini –maksudnya, yang dialami Syaikhul Islam di zamannya—musuh kembali bersekutu, sejak dari bangsa Mongol, berbagai suku Turki, Persia, orang-orang Arab pendatang, orang-orang sejenis dengan mereka yang murtad, dari kalangan kristen Armenia dan lain-lain. Musuh ini masuk ke sisi negeri kaum muslimin ketika kaum muslimin tengah bimbang antara maju dan mundur, ditambah lagi dengan sedikitnya jumlah kaum muslimin lain yang mau berhadapan dengan musuh, padahal musuh hendak menguasai negeri dan mengambil alih daerah penduduknya sebagaimana musuh dulu mengepung Madinah berhadapan dengan kaum muslimin. Dan ketika perang Khondaq terjadi, suhu udara teramat dingin, tiupan angin begitu kencang dan tidak seperti biasanya. Dengan itulah Alloh memalingkan pasukan Ahzab dari Madinah, sebagaimana firman Alloh Ta‘ala ini:“…maka Kami kirim kepada mereka angin dan pasukan-pasukan yang tidak kalian lihat…” [14]Demikian juga tahun ini di sini, Alloh memperbanyak salju, hujan, dan hawa dingin tidak seperti biasanya, sampai-sampai banyak orang yang tidak menyukai hal ini. Adapun kami, kami katakan kepada mereka yang tidak suka: Jangan kalian benci hal itu, sebab Alloh memiliki hikmah dan rahmat di dalamnya. Dan itu termasuk sebab terbesar di mana dengannya Alloh mengusir musuh.Alloh Ta‘ala berfirman mengenai kondisi pasukan Ahzab:“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Alloh dengan bermacam-macam pur-basangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” [15]Demikian juga tahun ini, musuh datang dari atas daerah Syam, yaitu selatan sungai Eufrat…”Syaikhul Islam melanjutkan, “…kemudian manusia mulai berprasangka kepada Alloh dengan berbagai purbasangka;Ada yang menyangka tidak ada lagi tentara Syam yang masih tegak berdiri, sehingga musuh akan menguasai penduduk SyamAda yang menyangka bahwa negeri Syam ma-sih tenang dan masih berada di bawah kerajaan Islam.Ada yang menyangka kalau kaum muslimin mau menghadapi musuh, tentu akan bisa merontokkan dan menguasai mereka seperti lingkaran cahaya bulan mengelilingi bulan.Ada yang memiliki persangkaan musuh akan menawan mereka dan membawanya ke Mesir dan mengangkat sebagai penguasa di sana, sehingga orang-orang seperti ini tidak ada yang teguh untuk berhadapan dengan musuh, ia lebih berniat untuk melarikan diri ke Yaman atau yang lain.Ada juga yang melihat adanya gejala-gejala yang saling bertentangan dan memiliki keinginan-keinginan yang saling tarik menarik, apalagi ia tidak bisa membedakan mana kabar gembira yang benar dan yang dusta, tidak bisa membedakan bisikan hati yang salah dan yang tepat; oleh karena itu, orang yang bermain-main dalam urusan mengam-bil petunjuk akan diliputi kebingu-ngan dan dipermainkan oleh berbagai pemikiran, seperti halnya anak kecil mempermainkan kerikil bebatuan.“…Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat…” ; Alloh menguji mereka dengan ujian ini, yang dengannya Alloh mengha-puskan dosa-dosa mereka dan mengangkat derajat mereka.Kemudian Alloh Ta‘ala berfirman: “Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu…” [16]Maka satu golongan kaum munafik itu ada yang mengatakan: Tidak ada tempat lagi bagi kalian di sini, sebab musuh terlalu banyak, maka kembalilah ke Madinah.Ada yang mengatakan, “Tidak ada tempat bagi kalian untuk berperang, maka kembalilah untuk meminta keamanan dan perlindungan kepada mereka.”Demikian juga ketika musuh dari bangsa Tartar datang, orang-orang munafik ada yang mengatakan:Negara Islam sudah tidak ada lagi, maka sudah selayaknya kita masuk di bawah negara Tartar.Sebagian orang-orang khusus mengatakan, negara Islam masih bertahan.Sebagian lagi ada yang mengatakan, yang terbaik adalah menyerahkan diri kepada mereka seperti penduduk Irak menyerahkan diri dan masuk di bawah kekuasaan mereka.”—hingga perkataan Syaikhul Islam—:“Sesungguhnya peristiwa ini mengandung perkara-perkara besar yang di luar batas ukuran serta keluar dari kebiasaan. Bagi setiap yang berakal akan melihat bagaimana Alloh memperkokoh agama ini dengan kejadian tersebut, dan perhatian-Nya terhadap umat ini setelah hampir saja Islam tergulung, ketika sebab-sebab yang tampak secara lahiriyah sudah terputus, musuh dari pasukan sekutu menyerang begitu cepat, hati kaum muslimin melemah karena saling bermusuhan, sementara yang tetap teguh hanyalah satu kelompok yang mau menolong agama Alloh, sehingga Allohpun membukakan pintu-pintu langit-Nya untuk tentara-tentara-Nya yang kuat, Alloh menghinakan orang-orang kafir dan munafik dan menjadikan semua itu sebagai tanda kekuasaan Alloh bagi orang-orang beriman hingga hari perjumpaan dengan-Nya.”Tatkala sampai berita bahwa pasukan Tartar sudah menyiapkan semua persenjataan untuk menyerang Syam, orangpun pada ketakutan, harga transportasi menjadi mahal; upah kuda dari Hamasah ke Damaskus saja mencapai harga 200 dirham.Ini terjadi tahun 699 H.Sebagian gubernur berpanda-ngan untuk menyerahkan benteng Al-Qol‘ah kepada Tartar, demi menjaga penduduk. Tetapi Ibnu Taimiyah tetap bersikukuh untuk melawan mereka dan meminta penjaga benteng untuk tidak menyerahkannya, walaupun tidak tersisa lagi selain satu bongkah batu; maka penjaga bentengpun menyetujui pendapat Ibnu Taimiyah, dan ternyata ada mashlahat yang baik bagi kaum muslimin dalam sikap ini.Kemudian datang berita mengenai kedatangan pasukan Mesir menuju Syam, maka Hulaghu bersama pasukan Tartarnya keluar menuju Damaskus. Sementara Damaskus sendiri sudah kosong dari tentara dan penjaga. Maka, seluruh penduduknya diseru untuk keluar membawa senjata masing-masing dan bermalam di pagar-pagar benteng serta pintu-pintu masuk untuk menjaga negeri, maka merekapun keluar menuju pagar benteng.Ibnu Taimiyah sendiri berkeliling di benteng setiap malam untuk memberikan semangat agar bersabar dan terus berperang, serta membacakan ayat-ayat jihad dan ribath kepada mereka.Ketika kehidupan di Damaskus kembali normal, Ibnu Taimiyah dan pengikutnya berkeliling ke warung-warung, lalu memecahkan bejana-bejana khomer. Setelah itu, Ibnu Taimiyah dengan didampingi Al-Atsrom –gubernur Damaskus—keluar ke daerah Jubailah dan Kasrowan untuk memberi pelajaran kepada kaum Rafidhoh (Syiah) dan Bathiniyah, karena keterlibatan mereka membantu pasukan Tartar. Mereka juga ikut menyerang kaum muslimin di malam hari. Maka para pemimpin mereka keluar menemui Ibnu Taimiyah dan menampakkan ketaatan serta penyesalannya. Mereka juga mengembalikan semua barang yang telah mereka ambil. Setelah selesai, Al-Atsrom kembali ke Damaskus dan mengeluarkan perintah agar rakyat menggantungkan senjata-senjata di toko-toko, dan memerintahkan mereka untuk belajar memanah. Akhirnya, dibangunlah Al-Imajat –yaitu kamp-kamp latihan militer di Damaskus—. Ia uga memerintahkan para ulama untuk turut belajar memanah, dalam rangka persiapan menghadapi situasi apapun yang datang mendadak.Demikianlah, umat ini wajib melakukan persiapan di waktu senggang, supaya ketika terjadi peristiwa-peristiwa dahsyat, ada anak-anak dari umat ini yang menghadapi, melindungi, serta menolak makar musuh terhadapnya.Pasukan Tartar masuk ke Syam pada tahun 702 H, manusiapun gempar ketakutan, mereka melaku-kan doa qunut dalam sholat, dan itulah pertempuran pertama kali yang mereka alami, datanglah pasukan Tartar yang didukung oleh 7000 personel, maka sekelompok pahlawan negeri Syam berjumlah 1500 orang menghadapi mereka, dan Alloh pun memenangkan pasukan-Nya.Ketika pasukan Tartar sudah semakin dekat, dua pasukan –yaitu dari Himawi dan Al-Halbi— mundur ke Himsh, mereka takut pasukan Tartar akan menyerang mereka secara tiba-tiba, maka merekapun berjaga-jaga di daerah Marji Ash-Shuffar. Dan benar, pasukan Tartar sampai di Himsh, kemudian merangsek ke Ba‘labak, manusia diguncang rasa takut luar biasa, berita-berita negatif dan berbagai isu banyak sekali tersebar. Maka dalam hal ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memiliki andil besar dalam menenangkan jiwa orang-orang dan menjaga kestabilan kondisi intern kaum muslimin.Beberapa waktu kemudian, orang mulai meragukan sah tidaknya memerangi bangsa Tartar secara syar‘i; sebab mereka juga berpenampilan Islam tulen. Keraguan ini sama dengan sikap orang-orang yang kalah sebelum tempur hari ini, yang mana mereka meragukan sah tidaknya memerangi tentara pemerintah Thoghut.Ibnu Hazm berkata dalam kitab Al-Muhallâ, “Tidak ada kejahatan yang lebih besar setelah kekafiran, daripada melarang jihad di jalan Alloh dan menyuruh agar kehormatan kaum muslimin diserahkan begitu saja kepada musuh-musuh Alloh.”Kemudian, Ibnu Taimiyah tampil dan mengeluarkan fatwa-fatwanya yang cukup terkenal mengenai wajibnya memerangi pasukan Tartar. Beliau mematahkan semua syubhat yang banyak didengungkan kaitannya dengan masalah ini. Beliau mengatakan kepada manusia, “Jika kalian melihatku berada di fihak Tartar sementara di kepalaku ada mushaf Al-Quran, maka bunuhlah aku,”Mendengar fatwa ini, manusia-pun kembali bersemangat untuk berperang, hati mereka kembali kuat.Ketika pasukan Tartar semakin dekat, Ibnu Taimiyah menoleh kepada salah seorang petinggi Syam, beliau berkata, “Hai Fulan, tempatkan aku di posisi kematian,”Petinggi itu berkisah, “Maka aku menempatkan Ibnu Taimiyah di depan musuh persis, ketika itu mereka datang berbondong bondong seperti aliran ombak dengan menenteng senjata-senjatanya yang berkilauan di balik debu perang. Kukatakan: Tuanku, inilah posisi kematian dan inilah musuh, mereka datang di balik debu itu.”Syaikhul Islam pun mengangkat matanya ke langit dan memejamkan pandangannya, dan menggerak-gerak kan kedua bibirnya untuk berdoa kepada robbnya dalam waktu cukup lama. Maka beliau bertempur melawan pasukan Tartar, perang berlangsung sangat-sangat sengit, api pertempuran berkobar menyala-nyala, para pahwalan menunjukkan keperwiraannya, dan pasukan Tartar dipaksa mundur ke gunung-gunung. Setelah hari mulai gelap, kaum muslimin mengepung pegunungan di mana pasukan Tartar berada, sungguh hati pasukan Tartar kala itu terhinggapi ketakutan luar biasa.Yang mampu menegakkan Islam adalah orang-orang yang bertekad baja:Wahai mujahidin…Sesungguhnya agama ini tidak akan tegak kecuali di atas pundak para perwira yang memiliki tekad baja. Ia tidak akan pernah tegak di atas pundak orang-orang yang biasa hidup ringan dan bermewah-mewah. Tidak, sungguh Islam tidak akan tegak di atas pundak orang-orang seperti ini.Agama yang besar tidak akan tegak kecuali di atas pundak orang-orang besar pula. Tanggung jawab besar yang tidak sanggup dipikul langit dan bumi, tidak mungkin diemban oleh selain orang yang pantas mengembannya.Wahai merpati, kalau kamu menangis karena anak kecilmuLantas di manakah pemirsa kesedihan-kesedihanManakah yang layak menitikkan air mata, mataku atau matamu?Orang yang mengaku tidak diterima pengakuannya tanpa bukti…Bagaimana mungkin Islam akan tegak dan kembali kepada kejayaan dan kemuliaannya seperti dulu, tanpa adanya tekad baja seperti tekad Abu Bakar untuk memerangi kaum murtad di zaman banyaknya orang murtad dulu? Ketika Abu Bakar, orang yang sudah tua, peka perasaannya dan mudah menangis itu, bersumpah menyatakan tekad terbesarnya, “Demi Alloh, aku benar-benar akan perangi siapa yang memisahkan antara sholat dan zakat. Sesungguh-nya zakat adalah hak harta. Demi Alloh, seandainya mereka menolak kepadaku untuk membayar satu ikatan binatang yang dulu mereka bayarkan kepada Rosululloh –‘alaihis sholatu was salam—pasti akan kuperangi mereka karenanya.”Bagaimana mungkin Islam akan tegak tanpa adanya tekad seperti tekad Anas bin Nadhr, yang mengatakan: “Kalau Alloh menghadir-kanku dalam perang melawan orang-orang musyrik, Alloh pasti akan melihat apa yang akan kuperbuat.”Akhirnya ia hadir dalam perang Uhud, lalu ia berperang, sampai ketika mati di jasadnya ditemukan 80 luka lebih, mulai dari tikaman dan tebasan pedang.Adalah Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam selalu berdoa kepada robbnya:
(اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فيِ اْلأَمْرِ وَاْلعَزِيِمَةَ عَلىَ الرُّشْدِ)
“Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam urusan apapun dan tekad kuat di atas kelurusan.”Sungguh, sebuah tekad yang tinggi benar-benar bisa mendidih dalam hati seperti mendidihnya air dalam periuk. Tekad seperti ini benar-benar mendorong pemiliknya untuk melakukan perkara-perkara besar setiap pagi dan sore, sehingga ia bisa menjadi orang yang disebutkan dalam perkataan Imam Syafi‘i Rahimahullôh, “Istirahat bagi ‘para lelaki’ adalah kelalaian.”Inilah shahabat bernama ‘Abdullôh bin Jahsy, ia pernah menjauh sedikit di samping Sa‘ad bin Abi Waqos sebelum pecah perang Uhud; keduanya sepakat untuk bergantian memanjatkan doa dan saling mengamini. Maka doa yang dipanjatkan ‘Abdullôh bin Jahsy adalah:“Ya Alloh, berilah aku rezeki berupa seorang lelaki yang keras amarahnya, besar kekuatannya, yang aku berperang dengannya dan dia berperang denganku, kemudian ia membunuhku dan memotong hidung dan telingaku, sehingga ketika aku berjumpa dengan-Mu kelak, ya Alloh, Engkau bertanya: Hai ‘Abdullôh, karena apa hidung dan telingamu terpotong? Maka aku menjawab: Karena-Mu dan karena Rosul-Mu. Lalu Engkau berfirman: Kamubenar.”Betapa agung dan indah doa ini, sungguh itulah jiwa yang menjual segalanya untuk robbnya, ketika itulah kepahitan berubah menjadi kemanisan, sungguh itu tidak terjadi selain dari orang yang telah merasakan manisnya jalan ini dan merasakan kelezatannya. Ia tidak lagi mempedulikan apa pun selain keridhoan robb-nya, ia tidak lagi peduli selain bagaimana bisa berjumpa Alloh dalam keadaan Dia ridho dan terbunuh di jalan-Nya.Siapakah di antara kita yang hendak meniru tekad-tekad baja seperti ini?Siapakah di antara kita yang hendak meniru tekad Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan Al-‘Izz bin Abdissalam? Mereka membawa panji jihad fi sabilillah, kuat di hadapan musuh-musuh Alloh. Sementara sekarang ini, para ulama justru meninggalkan medan tempur, mereka mundur dari memegang tampuk kepemimpinan kafilah jihad ini, mereka merasa berat untuk mengorbankan nyawa karena Alloh. Belum cukup seperti itu, ditambah lagi mereka masih meneriaki mujahidin dan mengalamatkan berbagai tuduhan negatif kepada mereka, engkau tidak dengar suara mereka selain seruan untuk melawan mujahidin…semua itu dilakukan dengan alasan sebagai alat politik dan mencapai kesopanan.Aku sendiri tidak tahu, kapan mereka akan meninggalkan “fikih kekalahan sebelum perang”, dan pemahaman takut dan pengecut itu.Tentang Pemenggalan warga Amerika, Nicholas Berg:Tidakkah kalian dengar, bagaimana mereka mengingkari pemenggalan orang Amerika bernama Nicholas Bergh, itu?Mereka paling depan untuk mengingkari aksi ini karena sebelumnya mereka sudah mundur dari memerangi orang-orang kafir, dan karena mereka belum pernah menghirup angin ‘izzah (harga diri dan kemuliaan), belum pernah merasa tinggi dengan kandungan-kandungan iman, yang mana seorang mukmin harus merasa tinggi di hadapan kejahiliyahan dan para pengikutnya, “Dan milik Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang berimanlah harga diri (‘izzah) itu, akan tetapi orang-orang munafik tidak mengeta-hui.” [17]Orang-orang seperti mereka sangat sulit membayangkan dirinya –karena posisinya sebagai budak yang hina—bisa menyembelih sang majikan, yaitu orang Amerika.Benar! Mereka terlanjur menetek susu kehinaan dari puting ibu-ibu mereka sampai kehinaan itu mengalir dalam diri mereka. Maka sangat sulit sekali mereka bisa berubah dan berganti. Fakta pahit ini memang tidak mereka nyatakan terus terang, tapi mereka membungkusnya dengan selendang kefakihan dalam urusan agama, mereka menampilkan kehinaan ini dengan menghiasinya menggunakan pakaian hikmah (sikap bijaksana). Mereka mengeluarkan pernyataan dan tidak jujur, dengan mengatakan bahwa aksi eksekusi ini memperburuk citra Islam dalam pandangan orang-orang barat yang memiliki “perasaan sensitif”. Kata mereka, sebelum adanya aksi ini dunia sangat reaksioner dengan kejahatan yang terjadi di penjara Abu Ghorib dan Guantanamo, tapi gara-gara ada aksi pemenggalan ini timbul dampak negatif terhadap reaksi dan respon positif negara-negara dunia tadi. Bahkan, fanatisme kebangsaan si anjing bangsa Rum, Bush, tadinya sudah mereda hingga titik paling rendah; tapi gara-gara ada aksi pemenggalan ini, emosi kebangsaannya kembali memuncak.Seolah-seolah, orang-orang yang katanya memiliki kebebasan di dunia itu sudah menghunus pedangnya, menugaskan pasukannya dengan serius, dan sudah benar-benar melongokkan kepalanya untuk membebaskan Irak dan menyelamat-kan orang-orang bebas serta wanita-wanita yang kehilangan anaknya dari penjara kebengisan dan kedzaliman.Yang sangat patut disayangkan adalah, media informasi salibis kafir itu berhasil –dengan didukung persetujuan orang-orang yang sekulit dengan kita— memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi orang Islam. Melalui tekanan yang menakutkan, dan jaringan-jaringan informasi dunia arab dan internasional, mereka berhasil mencuci otak kaum muslimin, mempengaruhi pemikiran mereka, membalik fithroh mereka, dan menjadikan tekad mereka menjadi banci.Subhanalloh! Musuh dari kaum salib datang penuh dengki dengan membawa program yang sangat mengkhawatirkan, yaitu ingin menguasai umat Islam dan memberikan kekuasaan bagi kaum yahudi, memerangi syariat, meram-pas kehormatan, memperkosa harga diri, melancarkan kehinaan dan kerendahan kepada umat manusia, sementara umatku hanya melihat dari kejauhan, tidak mampu berbuat apapun selain menampar pipi dan menangis, umatku tidak mampu mematahkan rantai kehinaan yang diikatkan kepadanya sejak kurun waktu yang lama.Telah lahir generasi yang terasuki penyakit kehinaan, dan dihinakan dengan pakaian aib. Maka neraca penilaian yang digunakan oleh generasi ini berubah sangat drastis, generasi ini kehilangan neraca penilaian yang didasarkan kelurusan dan hidayah dari langit, sebagaimana diberitakan oleh Ash-Shôdiqul Mashdûq (Rosululloh SAW):
(تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلىَ الْقُلُوْبِ عِرْضَ الْحَصِيْرِ عُوْداً عُوْداً، فَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْتَةً بَيْضَاءَ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَشْرَبهَاَ نُكِتَتْ فِيْهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ، حَتَّى يَصِْيرَ الْقَلْبُ عَلَى قَلْبَيْنِ: أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَاةِ لاَ يَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ، وَاْلآخَرِ أَسْوَدَ مِرْباَزاً كَاْلكَوْزِ مُجْخِياً، لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوْفاً وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَراً، إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ)
“Berbagai fitnah dilancarkan kepada hati seperti dianyamnya tikar satu bilah demi satu bilah, maka hati mana saja yang mengingkari fitnah itu, akan tertitik di sana satu titik putih. Dan hati mana saja yang tenggelam olehnya, maka akan dititikkan satu titik hitam. Sehingga hanya ada dua hati saja: Hati yang putih seperti batu yang halus, ia tidak akan terpengaruh fitnah selama masih ada langit dan bumi; dan hati yang hitam dan tertutup seperti mangkuk yang terbalik, tidak mengerti mana yang makruf, dan tidak mengingkari perkara yang munkar, selain yang sesuai dengan keinginan hawa nafsunya.”Inilah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sosok penyayang dan belas kasih –ayah dan ibuku menjadi penebusnya—, beliau menggambarkan sebuah jalan yang terang dan sunnah yang jelas buat kita, ketika beliau dikirimi surat perihal permohonan pembebasan tawanan yang oleh kaumnya hendak ditebus dengan harta sekian dan sekian, beliau menjawab, “Bunuh tawanan itu, sungguh membunuh satu orang musyrik lebih aku sukai daripada harta sekian dan sekian…”Sebagian utusan berusaha untuk menyelamatkan si bule, Bergh, ini, mereka membayar kepada kami harta berapapun yang kami minta, di saat kami sangat membutuhkan harta guna mendorong roda jihad, tapi kami lebih memilih membalaskan dendam saudara-saudara dan umat kami.Kami telah berjanji kepada Alloh untuk menghidupkan sunnah dan melazimi jalan orang-orang yang mendapat petunjuk.Bukankah nabi kita, yang penyayang dan belas kasih, bersabda: (لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِالذَّبْحِ)
Aku telah datang kepada kalian dengan sembelih.” [18]Dengan itulah, hati para penentang dan orang-orang keras kepala dari pemuka Quraisy menjadi takut, mereka menjadi segan dan takut kepada beliau, mereka meminta keridhoan dan belas kasihan dari beliau, padahal sebelumnya menghina dan memperolok beliau?Kami katakan: Seandainya umat ini menghunus pedangnya, berdiri kokoh di atas prinsipnya, menyiapkan pasukannya, dan bergerak ke Gedung Putih untuk membalaskan dendam, lalu terjadi lagi aksi pemenggalan, sehingga suasanapun berubah dan pasukan musuh mampu diporak porandakan, tentu keadaan
umat ini akan lain dengan yang sekarang mereka alami. Akan tetapi sayang, di manakah umatku menanggapi kejadian yang telah menimpa dan sedang menimpa kaum muslimin di Irak, Palestina, Afghanistan, Indonesia, Cechnya, dan lain seba-gainya? Apakah umatku tidak pandai berbuat sesuatu selain menangis dan merintih, atau sekedar melakukan demonstasi-demonstasi damai, dan hanya bisa mengecam serta mengancam saja?Apakah yang sudah diperbuat para demonstran untuk Afghanistan? Bahkan, apakah yang sudah mereka perbuat untuk Mulla ‘Umar yang rela mengorbankan seluruh negaranya demi menyelamatkan satu orang muslim, yang kini terasing di pegunungan?Apakah yang sudah dilakukan umatku untuk wanita-wanita Sara-jevo, Indonesia, Kashmir, Palestina, dan Irak, yang kehormatan mereka ternodai di hadapan penglihatan dan pendengar umat secara keseluruhan?Demi Alloh, kalau saja dalam hati kita masih tersisa ghîroh (kecemburuan) atau yang mendekati, terhadap kejadian yang menimpa saudara-saudara kita yang tadinya bebas, tentu kita tidak akan bisa nyenyak tidur. Tentu kita tidak akan bisa bersenang-senang dengan istri di atas ranjang kita sampai wanita-wanita yang kehilangan anaknya itu dibebaskan.Celaka engkau, wahai umatku… Kehormatanmu berada di tangan para penyembah salib, mereka memper-mainkannya, tapi tidak ada yang menyambut panggilan.Semua tawanan fihak yang kalah sudah dikembalikanTidak tersisa lagi selain tawanan kitaAku tidak melihat cambuk kehinaan berlumur darahKecuali pasti kulihat di sana ada cuilan daging tawanan dari kitaTidaklah kita mati seperti rusaSampai-sampai kematian malu menghampiri kitaMaka dalam rangka membang-kitkan semangat, menyejukkan pandangan ahli tauhid di belahan bumi timur dan barat, kami bertekad untuk tidak menebus bule ini walapun mereka membayarnya dengan emas seberat dirinya. Kami telah berjanji kepada Alloh untuk tidak menebus tawanan dengan harta, meskipun kami berpendapat itu boleh dan sah dilakukan. Namun, semua ini kami lakukan agar musuh-musuh Alloh mengerti bahwa dalam hati kami tidak ada kemurahan hati dan kasihan kepada mereka. Hanya ada dua pilihan saja, bebaskan tawanan kami, atau kami sembelih tawanan dari kalian.
Ulama Irak dan Kaum Rofidhoh:Yang membuat diriku tak hentinya keheranan adalah sikap yang diambil orang-orang yang “kalah mental”, yang bernyali rendah dan pengecut, yang memadamkan semangat keagamaan kami dan rela dengan kehinaan, terutama adalah Hârits Adh-Dhôrî, ketua umum Majelis Ulama Muslimin Irak, yang menyatakan terang-terangan dalam salah satu majelis khususnya, bahwa ia tidak mampu mengangkat kepala lagi disebabkan pemenggalan warga Amerika dan relawan Kor Sel.Maka aku katakan kepadanya: Dulu aku mengira kamu akan menggali kubur dan tidur di dalamnya sampai kematian menjemputmu, karena aku malu melihat ketidak mampuanmu menolong saudari-saudarimu yang diperkosa di penjara Abu Ghraib, padahal penjara itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumahmu.Atau, kami mengira engkau akan bersumpah kepada kami untuk tidak mengenakan penutup kepala, tidak akan mencicipi makanan, dan tidak memejamkan mata sebelum berhasil menyelamatkan akhwat-akhwatmu atau engkau mati karenanya.Tetapi, menyedihkan. Tidak ada satupun dari persangkaan kami ini yang engkau penuhi.“Jihad” mu yang paling maksi-mal, justeru mengulurkan tali kasih sayang kepada orang-orang Rôfidhoh (Syi‘ah).Tidakkah engkau dengar peristiwa memalukan yang akan menghinakanmu hingga hari kiamat tiba, ketika engkau berkumpul dalam pertemuan jahat bersama Jawad Al-Khôlishi, lalu engkau berkata kepadanya, “Aku telah mendengar tentang kesabaran dan keteguhan Anda, maka aku berjanji kepada diriku sendiri jika aku bertemu denganmu aku akan mencium kepalamu, dan sekarang tiba saatnya kupenuhi janjiku,”Setelah itu engkau berdiri dengan bergegas dan mencium kepala orang yang dalam dirinya penuh kedengkian terhadap Islam. Kepala orang yang lisannya tak henti mencela kehormatan Nabi mu, Muhammad Shollallohu Alaihi wa Sallam.Demi robb-mu, katakan: dengan wajah apa engkau hendak menghadap nabimu kelak di hari perhimpunan?Sungguh, memang kamu benar-benar “dhôriy” (buas) terhadap orang-orang Islam ketika engkau menuduh para tokoh jihad sebagai orang-orang yang sengaja ditanam musuh. Tetapi kamu sendiri malah berdamai dengan kaum Rofidhoh, kamu menyumbangkan masjid-masjid kami kepada mereka dengan alasan bahwa itu hanya batu yang bisa diganti dengan bangunan lain.Hanya kepada Alloh sajalah kami mengadukanmu, di hadapan-Nya sajalah kami akan menuntut dan bertanya kepadamu, dan cukuplah Alloh sebagai pelindung kami dan Dia sebaik-baik pelindung.Usaha Kristenisasi Irak:Kamu merasa sangat takjub dengan kesabaran dan kekokohan musuh agama ini dalam perang yang mereka lancarkan kepada kaum muslimin, serta pengorbanan nyawa dan waktu mereka dalam rangka membela kebatilan mereka.“Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata):"Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) ilah-ilahmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.” [19]Padahal mereka menyeberangi lautan padang pasir dan tanah gersang dengan skuadron dan pasukan mereka yang berjumlah sangat banyak, dalam rangka menyebarkan keyakinan batil mereka, mereka rela menumpahkan darah serta mengorbankan nyawa demi membela kebatilan mereka.Benar! Koran hairan Daily Theleghrap di Inggris edisi terakhir mempublikasikan berita yang menyatakan Irak telah menjadi tempat yang nyaman bagi kelompok-kelompok missionaris kristen. Koran itu menyebutkan bahwa anggota organisasi-organisasi missionaris di Amerika Serikat sudah mulai melakukan operasi-operasi kristeni-sasi dengan mengusung sandi: “Penyelamatan manusia di Irak” ; di mana salah seorang pimpinan organisasi tersebut mengatakan, penjajahan Amerika terhadap Irak telah menciptakan kesempatan bersejarah untuk memberi petunjuk kepada jiwa-jiwa yang kebingungan dari rakyat Irak, baik yang beragama Islam maupun orang-orang kristen ortodoks timur.Ketua Lembaga Kristenisasi Internasional, Jhon Baraday, sekaligus penanggung jawab misi kristenisasi untuk wilayah Timur Tengah mengatakan bahwa anggota gereja-gereja baptis yang jumlahnya mencapai 16 juta orang, diminta oleh fihak gereja sebelum agresi ke Irak dimulai, agar terus berdoa supaya Irak bisa ditaklukkan.Jhon Hanna, salah seorang missionaris, mengatakan setelah melakukan kunjungan ke Irak, “Sungguh ini adalah tanggung jawab besar bagi para penginjil Amerika, sebab di sini pintu-pintu terbuka, tekhnik-tekhnik untuk mengkristenkan sangat mudah didapat, sokongan militer juga ada, untuk menyelamatkan orang-orang Irak dari ajaran-ajaran yang memusuhi ajaran kristen dan orang-orang kristen.
”Orang munafik meragukan janji Alloh dan Rosul-Nya:Wahai mujahidin…Para penghadang di atas jalan menuju Alloh itu akan mengatakan kepada kalian; apakah kalian menyangka apa yang kalian inginkan akan tercapai? Apakah kalian menyangka khilafah Islamiyah, atau daulah Islamiyah sekalipun, akan bisa tegak? Sungguh itu tidak mungkin terjadi, itu adalah perkara yang lebih mendekati khayalan daripada kenyataan.Jika mereka mengatakan seperti itu, ingatlah firman Alloh Ta‘ala:“Ketika orang-orang munafik dan di hatinya ada penyakit mengatakan: “Mereka itu adalah orang-orang yang tertipu oleh agamanya,”

Dan barangsiapa bertawakkal kepada Alloh, maka sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [20]Katakan kepada mereka; sesungguhnya Alloh akan menakluk-kan Roma untuk kaum muslimin, sebagaimana dijanjikan Rosululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits shohih, sebagaimana dulu Konstantinopel berhasil ditaklukkan.Katakan kepada mereka; kami berangan kepada Alloh lebih dari itu, kami berharap dari Alloh untuk menaklukkan Gedung Putih, Istana Kremlin, dan London. Bersama kami ada janji Alloh: “Alloh menjanjikan kepada orang-orang beriman di antara kalian dan beramal sholeh, untuk menguasakan mereka di muka bumi sebagaimana Dia telah kuasakan orang-orang sebelum mereka…” [21]
Mengenai kapan itu terjadi? Itu bukan tugas kami, Alloh tidak pernah membebani kami untuk itu. Yang Alloh bebankan kepada kami adalah beramal untuk agama Islam, membela syariat Islam, dan mencu-rahkan segala kemampuan untuk itu. Hasilnya hanya kita serahkan kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla.Hendaknya engkau menebar benih, bukan memetik panenAlloh adalah sebaik-baik penolong bagi orang yang berusahaKetika Imam Ahmad Rohima-hullôh mengalami ujian sewaktu terjadi fitnah menyebarnya keyakinan Al-Quran adalah makhluk, dan keyakinan ini sempat mendominasi kaum muslimin karena adanya dukungan kekuatan penguasa, seorang pemuka ajaran bid‘ah bernama Ahmad bin Abî Du’ad datang kepada Imam Ahmad, dengan puas ia berkata, “Tidakkah kamu melihat, bagaimana kebatilan bisa menang di atas kebenaran, hai Ahmad?”Imam Ahmad Rahimahulloh menjawab, “Sesungguhnya kebatilan tidak menang di atas kebenaran; dominasi kebatilan atas kebenaran adalah berpindahnya hati manusia dari perkara yang benar menuju perkara yang batil, sementara hati kami tetap memegang yang benar.”Katakan kepada mereka sebagaimana perkataan Nabi Ya‘qub AS, “Sungguh, aku benar-benar mencium bau Yûsuf, barangkali kalian menganggapku lemah akal.” [22]Walaupun bala dan peristiwa-peristiwa mengerikan ini datang bertubi-tubi, tapi kami mencium angin jalan keluar, kemenangan, dan kekuasaan, “barangkali kalian menganggapku lemah akal.”Banyak manusia akan mengatakan kepada kalian, wahai para mujahidin, “Sungguh, kalian berada dalam kesesatan lama kalian.”Dulu, orang-orang munafik mengatakan kepada para shahabat setelah perang Uhud, “Kembali saja kalian kepada agama bapak-bapak kalian,”Kata-kata seperti ini diucapkan orang-orang munafik di setiap zaman kepada orang-orang beriman, ketika para mujahidin fi sabilillah ditimpa musibah, mengalami pembunuhan, luka-luka, dipenjara, atau menga-lami penyiksaan.Kalau mereka mengatakan seperti itu, katakan kepada mereka:“Sesungguhnya Alloh membela orang-orang yang beriman,” [23]“Dan Alloh pasti akan menolong orang yang menolong-Nya.” [24]Orang-orang munafik akan mengatakan kepada kalian, sama seperti ketika mereka mengatakan kepada Ashhâbu `r-Rojî‘ (para shahabat yang diutus Nabi mengajari Al-Quran, yang dipimpin Shahabat ‘Âshim bin Tsâbit, pent.)ketika mereka dikhianati orang-orang musyrik, “Kasihan sekali orang-orang yang tertimpa fitnah yang binasa itu, mereka tidak bisa tinggal di tengah keluarganya, tidak juga bisa menunaikan risalah temannya.” Kata-kata seperti ini akan dilontarkan kepada kalian di hari-hari ini, setiap kali ada ikhwah yang terbunuh, mereka akan mengatakan: “Kasihan, mereka tidak duduk dan selamat, tapi juga tidak bisa menghilangkan kemungkaran dan bencana-bencana,”Kalau kalian mendengar kata-kata seperti ini, sampaikan kepada mereka kata-kata Khodijah Ash-Shiddîqoh (istri Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam), “Demi Alloh bergembiralah, Alloh tidak akan pernah menghinakanmu.”Maka kami katakan kepada setiap orang yang berjihad di jalan Alloh; Demi Alloh, Alloh tidak akan pernah menghinakan kalian, sungguh kalian adalah orang-orang yang menyambung tali silaturohmi, melindungi syariat, dan berjihad di jalan Alloh melawan manusia yang kafir kepada Alloh dari orang-orang yahudi, salibis, dan murtaddin.Ahli sejarah bernama Muhammad Al-Bassâm, di dalam bukunya Ad-Duror wa `l-Mafâkhir fî Akhbâri `l- ‘Arob Al-Awâkhir, berkata mengenai para ulama Nejd ketika memerangi raja Mesir, “Demi Alloh! Raja Mesir mengalahkan mereka bukan karena mereka lemah atau pengecut, tetapi karena pengkhianatan orang-orang arab sendiri, atau karena adanya peran dari penduduk negeri-negeri.”Diri kita bukan milik kita lagi:Wahai para mujahidin…Kalian telah jual nyawa kalian kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla, kini di hadapan kalian hanya ada satu pilihan saja, yaitu engkau serahkan barang dagangannya kepada Sang Pembeli,“Sesungguhnya Alloh telah membeli dari orang-orang beriman, jiwa dan harta mereka, dengan memberikan surga kepada mereka; mereka berperang di jalan Alloh lalu membunuh atau dibunuh. Sebagai sebuah janji yang benar di dalam kitab Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih benar janjinya daripada Alloh? Maka berikanlah kabar gembira dengan jual beli yang kalian adakan, dan itulah keberuntungan yang besar.” [25]Jika pembeli telah menerima barang dagangan, maka terserah mau Dia apakan dagangan tersebut. Terserah mau Dia letakkan di mana; kalau Dia berkehendak, akan diletakkannya di istana, kalau Dia berkendak akan diletakkannya di penjara, kalau Dia berkehendak akan diberinya pakaian paling mewah, kalau Dia berkehendak akan menjadikannya telanjang kecuali sebatas penutup aurat, kalau Dia berkehendak akan menjadikannya kaya, kalau Dia berkehendak akan dijadikannya fakir miskin, kalau Dia berkehendak akan dijadikanya tergantung di tiang gantungan, atau menjadikan musuh menguasainya, lantas membunuh atau mencin-cangnya.Sayyid Qutb Rohimahullôh mengomentari kejadian yang menimpa Ashhâbu `l-Ukhdûd, beliau mengatakan, “Contoh seperti ini pasti terjadi, di mana orang beriman tidak ada yang selamat dan orang kafir tidak ada yang diazab. Hal ini agar tertancap dalam benak orang-orang beriman, para pelaku dakwah kepada Alloh, bahwa mereka bisa saja dituntut mengakhiri jalan yang ia tempuh menuju Alloh dengan kejadian seperti ini. Supaya mereka mengerti bahwa mereka sama sekali tidak memiliki kekuasaan sedikitpun mengatur urusan, urusan mereka dan urusan akidah semata-mata dikem-balikan kepada Alloh. Kewajiban mereka hanyalah melaksanakan ke-wajiban yang dibebankan kepada mereka, dan setelah itu…jalan. Kewajiban mereka adalah menge-depankan Alloh dan akidah di atas kehidupan, merasa tinggi dengan imannya di atas berbagai fitnah, dan bersikap jujur kepada Alloh dalam beramal dan berniat. Setelah semua ini, Alloh akan memperlakukan diri mereka dan musuh mereka terserah yang Dia kehendaki terhadap dakwah dan agama-Nya, bisa saja mereka akan mengakhirinya dengan salah satu kejadian yang sudah terjadi dalam sejarah iman, atau mengakhirinya dengan cara lain sesuai yang dikehendaki dan dilihat oleh Alloh. Mereka adalah orang-orang yang bekerja di sisi Alloh, apa kemudian pantas orang yang menjual seekor kambing marah, atau hatinya tidak terima, ketika sang pembeli menyembelihnya?”Bukankah engkau mendengar kejadian yang menimpa singa Alloh dan singa Rosul-Nya, Hamzah? Perutnya dibelah, hatinya dikeluar-kan, dan tubuhnya dicincang.Bukankah engkau mendengar apa yang dialami manusia terbaik, Muhammad Shollallohu Alaihi wa Sallam, ketika perang Uhud?Renungkanlah keadaan para nabi dan rosul yang merupakan makhluk-makhluk pilihan; nabi Ibrohim ‘Alaihi `s-Salâm dilemparkan ke dalam api, Nabi Zakariya digergaji tubuhnya, Nabi Yahya (yang berjuluk as-sayyid al-hashûr, yang artinya seorang teladan dan menahan hawa nafsu) disembelih, Nabi Ayyub berkutat dalam bala ujian selama bertahun-tahun, Nabi Yunus dikurung di dalam perut ikan hiu, Nabi Yusuf dijual dengan harga murah dan harus mendekam di penjara selama beberapa tahun.Semua itu mereka jalani dengan rasa ridho terhadap robb dan majikan mereka yang Mahabenar.Menerima takdir dengan ikhlas:Dulu, ada sebagian salaf yang mengatakan, “Seandainya tubuhku dipotong-potong dengan gunting, itu lebih aku sukai daripada mengomentari sesuatu yang sudah ditetapkan Alloh: Seandainya saja itu tidak terjadi.”Oleh karena itu, wahai ikhwan-ikhwanku, jadilah orang-orang yang tidak mencampuri urusan Alloh –sang majikan— dalam mengurus dirimu, dan tidak menentang pilihan yang Alloh pilihkan untukmu. Contoh-contoh yang kami ceritakan di atas tidak pernah campur tangan dalam pengurusan Alloh terhadap kekuasaannya, dengan mengatakan: “Seandainya begini, tentu jadinya begini,” tidak juga mengatakan, “Seandainya,” “Jikalau,” dan “Kalau saja,”Pilihan yang Alloh berikan bagi orang beriman adalah pilihan teragung dan terbaik, walaupun tampaknya sulit dan berat, atau di dalamnya harta musnah, jabatan dan kedudukan lenyap, kehilangan keluarga dan harta, bahkan seluruh urusan dunianya sirna.Ingatlah kisah perang Badar, lalu renungkanlah baik-baik. Kala itu sebagian shahabat menginginkan peristiwa Badar sebagai saat yang tepat untuk menaklukkan kafilah dagang kaum Quraisy. Akan tetapi Alloh Ta‘ala memilihkan pasukan perang untuk mereka hadapi, padahal perbedaan antara keduanya sangat-sangat jauh. Apakah yang ada dalam kafilah dagang? Makanan yang disantab, setelah itu pergi ke tempat buang air, pakaian yang kemudian lusuh dan dibuang, serta dunia yang akan segera lenyap.Ada pun menghadapi pasukan perang; di sanalah Alloh pisahkan antara yang haq dan yang batil, kesyirikan kalah dan bertekuk lutut, ajaran tauhid menang dan tinggi, para pemuka kaum Quraisy yang selalu menghalangi Islam terbunuh, dan cukuplah ketika datang kabar gembira bahwa Alloh melihat hati pasukan Badar kemudian berfirman: “Lakukanlah sesuka kalian, Aku telah ampuni kalian.”Ujian datang, banyak yang berguguran:
Wahai para mujahidin…Ketika bala’ datang, banyak orang-orang yang mundur, maka janganlah kalian sedih dengan ini.Muslim meriwayatkan dalam Shohih-nya, dari Anas Rodhiyallohu ‘Anhu; bahwasanya orang-orang Quraisy membuat perjanjian dengan Rosululloh SAW, lalu mereka memberi syarat; siapa saja di antara kalian yang datang kepada kami maka tidak kami kembalikan kepada kalian, dan siapa saja dari kami yang datang kepada kalian, maka kalian harus mengembalikannya kepada kami.Mendengar syarat ini, para shahabat mengatakan, “Apakah kita akan menulis syarat ini?” Rosululloh menjawab, “Ya! Sungguh jika ada dari kita yang pergi ke tempat mereka maka Alloh akan menjauhkannya, dan siapa di antara mereka yang datang kepada kita maka Alloh akan memberikan jalan keluar kepadanya.”Maka janganlah engkau bersedih melihat orang yang dijauhkan oleh Alloh. Alangkah indah kata-kata Ibnul Qoyyim Rahimahulloh, “Tempuhlah jalan kebenaran dan jangan merasa asing dengan sedikitnya orang yang menempuhnya. Setiap kali engkau merasa asing dalam kesendirianmu, lihatlah teman-temanmu yang sudah berlalu dan berusahalah untuk menyusul mereka, jangan menoleh kepada selain mereka, karena itu tidak akan memberikan manfaat sedikitpun kepadamu. Jika orang meneriakimu ketika engkau berada di atas jalan yang engkau tempuh, jangan pernah menoleh kepada mereka, sebab setiap kali engkau menoleh, mereka akan menahan dan menghalangimu.”Taufik bukan didapat dari banyaknya hafalan ilmu:Maka waspadalah, jangan sampai hati kalian mendengarkan syubhat-syubhat yang dilontarkan para pemutus jalan dan orang-orang yang kalah sebelum tempur, yang ingin menghalangi kalian dari jalan jihad. Inti perkaranya semata-mata taufik dari Alloh Ta‘ala, sesungguhnya Alloh akan memampangkan lembaran-lembaran buku kepada mereka, lalu Alloh hinakan mereka meskipun banyak sekali buku dan matan yang mereka hafal dalam hati dan pikiran mereka.Permasalahannya bukan terletak pada banyaknya ilmu, tetapi pada ketakwaan kepada Alloh yang akan mewariskan pembedaan nilai berdasarkan iman,“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Alloh, Alloh akan jadikan pembeda antara yang hak dan yang batil bagi kalian…” [26]Semoga Alloh merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ketika beliau berkata, “Umat ini sudah banyak sekali mengumpulkan berbagai cabang disiplin ilmu, maka siapa yang hatinya diberi cahaya oleh Alloh, Alloh akan memberinya hidayah dalam ilmu yang sampai kepadanya. Tetapi siapa yang dibutakan hatinya oleh Alloh, banyaknya buku tidak menambah apa-apa selain kebingungan dan kesesatan.”Ya Alloh, mantabkanlah kekuasaan ahli tauhid di muka bumi…

Ya Alloh, mantabkanlah kekuasaan mujahidin di muka bumi…Ya Alloh, siapkanlah pasukan mereka, kirimlah ekspidisi perang mereka, dan ikhlaskanlah niat-niat mereka…Ya Alloh, lindungilah mereka dengan perlindungan-Mu,Ya Alloh, lindungilah mereka dengan perlindungan-Mu,Ya Alloh, lindungilah mereka dengan perlindungan-Mu…
Ya Alloh, jagalah mereka dengan mata-Mu yang tidak pernah tidur, sementara para makhluk terlelap tidur…Ya Alloh, mudahkanlah segala kebaikan untuk mereka…Ya Alloh, siapa saja yang ingin memberikan kebaikan kepada mereka, maka tunjukkanlah kepadanya segala kebaikan…dan siapa saja yang menginginkan kejahatan kepada mereka, maka ambillah dia dengan siksaan Dzat Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.Ya Alloh, lindungi mereka dan kehormatan mereka… Ya Alloh, lindungi mereka dan kehormatan mereka… Ya Alloh, lindungi mereka dan kehormatan mereka…Ya Alloh, mereka adalah orang-orang miskin, maka muliakanlah mereka dengan keperkasaan-Mu, wahai robb semesta alam…
Ya Alloh, mereka adalah kaum fakir, maka kayakanlah mereka dengan anugerah dari-Mu ya robb semesta alam…Ya Alloh, hidupkan kembali umat Muhammad… Ya Alloh, hidupkan kembali umat Muhammad… Ya Alloh, hidupkan kembali umat Muhammad…Ya Alloh, tolonglah umat Muhammad, ya robbal Alamin…Wahai robb kami…wahai robb kami…wahai robb kami…tolonglah kami atas kaum yang dzalim…wahai robb kami, tolonglah kami atas orang-orang kafir.Ya Alloh, ambillah darah kami supaya Engkau ridho, Ya Alloh, ambillah darah kami supaya Engkau ridho, Ya Alloh, ambillah darah kami supaya Engkau ridho.Ya Alloh, tempatkan jasad kami di perut binatang buas dan perut-perut burung nasar… Ya Alloh, tempatkan jasad kami di perut binatang buas dan perut-perut burung nasar… Ya Alloh, tempatkan jasad kami di perut binatang buas dan perut-perut burung nasar…Wa `l-hamdulillâhi robbi `l ‘Âlamîn.

Dari: Syaikhul Mujahidin Abu Mush'ab Al-Zarqowi
penerjemah: Abu Mortar Al-Jatimi
sumber Asli: Al-Qaidun Group
Mimbar Tauhid wal Jihad
Read More..